BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam proses
pendidikan, semua yang terkait dengan proses tersebut mempunyai peran dan
tanggungjawab sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Masing-masing peran tersebut
harus berjalan secara sinergis saling melengkapi sehingga membentuk sustu
sistem yang harmonis. Dari peran-peran yang ada, peran guru bimbingan dan
konseling sangat diperlukan sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan
baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Bimbingan dan konseling merupakan
pelayanan dari, untuk, dan oleh manusia memiliki pengertian yang khas.
Dengan bimbingan dan konseling tersebut, siswa akan melakukan aktifitas belajar
sesuai dengan apa yang telah ditentukan, atau telah diatur dalam suatu
aturan (norma). Sebagaimana dikemukakan oleh Moeliono (1993: 208) bahwa
disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau
norma.
Dalam pendidikan terkandung berbagai macam
aspek, salah satu diantaranya adalah proses belajar mengajar yang menjadi ujung
tombak dimana para peserta didik yakni generasi muda bangsa mendapatkan sebuah
ilmu dan berbagai pemahaman tentang berbagai macam pengetahuan.
Pada perkembangannya, tugas seorang guru kini semakin terlihat semakin
kompleks. Guru yang hanya bisa menyampaikan materi pelajaran kepada
murid-murinya hanya akan menjadi seorang guru yang terlalu kaku terhadap
murid-muridnya, apalagi jika ditambah dengan tanpa adanya bimbingan terhadap
murid-muridnya yang akan membuat hubungan guru-murid semakin kaku.Ini terasa
cukup untuk menggambarkan, bahwa tugas guru bukanlah hanya untuk menyampaikan
segudang materi dengan teori-teori konsep yang begitu rumit,tetapi seorang guru
juga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberikan bimbingan serta
konseling kepada para peserta didiknya untuk menyelesaikan persoalan yang
dihadapi oleh para murid sehingga pembelajaran yang diberikan tidak hanya
terpancang pada materi pelajaran yang diberikan tetapi kini ditambah dengan
bimbingan yang akan semakin membantu siswa dalam mengatasi persoalan baik dalam
masalah pembelajaran materi maupun di luar pembelajaran sekolah.
Bimbingan
merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat
timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di
sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin.
Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan
kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang
tersebut.
Lebih lanjut
Priyanto mengemukakan bahwa permasalahan yang dialami oleh para siswa di
sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik
sekalipun. Hal tersebut juga disebabkan oleh karena sumber-sumber
permasalahan siswa banyak yang disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah. Dalam
hal ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja, termasuk perilaku
siswa yang tidak dapat mengatur waktu untuk melakukan aktifitas belajar sesuai
apa yang dibutuhkan, diatur, atau diharapkan. Apabila para siswa tersebut
belajar sesuai dengan kehendak sendiri dalam arti tanpa aturan yang jelas, maka
upaya belajar siswa tersebut tidak dapat berjalan dengan efektif. Apalagi tantangan
kehidupan sosial dewasa ini semakin kompleks, termasuk tantangan dalam
mengalokasikan waktu. Dalam hal ini jika pengaturan waktu berdasarkan kesadaran
sendiri maupun arahan pihak lain tidak dilakukan dengan disiplin maka semuanya
akan menjadi kacau. Demikian pula dengan kedisiplinan siswa dalam melakukan
aktifitas belajar dipadukan aktifitas lain dalam kehidupan sehari-hari.
Disinilah perlakuan guru bimbingan dan konseling diperlukan untuk mendampingi
mereka.
1.2
Tujuan
Tujuan
pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi
Kependidikan yang di berikan oleh Dosen pengajar ibu Ellyn Normelani, M.Pd,
serta untuk:
1. Mengetahui
pengertian dan tujuan Bimbingan Konseling.
2. Mengetahui
jenis layanan Bimbingan Konseling.
3. Mengetahui
peranan guru dalam Bimbingan Konseling.
4. Mengetahui
tugas guru dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah.
1.3 Manfaat
Memperkaya
pengetahuan kita tentang pengertian, tujuan, jenis layanan, serta peranan dan
tugas guru dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bimbingan Konseling
Bimbingan
merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya terkandung beberapa
makna. Sertzer & Stone (1966) menemukakan bahwa guidance berasal
kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer
(menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan). Sedangkan menurut W.S.
Winkel (1981) mengemukakan bahwa guidance mempunyai hubungan dengan guiding:
“ showing a way” (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting
(menuntun), giving instructions (memberikan petunjuk), regulating
(mengatur), governing (mengarahkan) dan giving advice
(memberikan nasehat).
Untuk memahami
lebih jauh tentang pengertian bimbingan, di bawah ini dikemukakan pendapat dari
beberapa ahli :
·
Miller
mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai
pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara
maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat.
·
Djumhur
dan Moh. Surya, (1975) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat
memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self
acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan
untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau
kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga,
sekolah dan masyarakat.
Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan Mitchell
(1981) program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan
layanan khusus yang dimaksudkan untuk membantu individu dalam mengadakan
penyesuaian diri. Program bimbingan itu menyangkut dua faktor, yaitu:
1. Faktor
pelaksana atau orang yang akan memberikan bimbingan
2. Faktor-faktor
yang berkaitan dengan perlengkapan, metode, bentuk layanan siswa-siswa, dan
sebagainya,yang mempunyai kaitan dengan kegiatan bimbingan (Abu Ahmadi, 1977).
Program bimbingan memberikan arah yang jelas dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dengan efisien dan efektif.
Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) menyatakan bahwa program
bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan memberikan banyak keuntungan,
seperti:
a. Memungkinkan
para petugas menghemat waktu, usaha, biaya dengan menghindari
kesalahan-kesalahan, dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan;
b. Memungkinkan
siswa untuk mendapatkan layanan bimbingan secara seimbang dan menyeluruh, baik
dalam hal kesempatan, ataupun dalam jenis layanan bimbingan yang diperlukan;
c. Memungkinkan
setiap petugas mengetahui dan memahami peranannya masing-masing dan mengetahui
bagaimana dan dimana mereka harus melakukan upaya secara tetap; dan
d. Memungkinkan
para petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya
sendiri dan untuk kepentingan siswa yang dibimbingnya.
Dari beberapa pendapat di atas, tampaknya para ahli masih beragam dalam
memberikan pengertian bimbingan, kendati demikian kita dapat melihat adanya
benang merah, bahwa : Bimbingan pada hakekatnya merupakan upaya untuk
memberikan bantuan kepada individu atau peserta didik. Bantuan dimaksud adalah
bantuan yang bersifat psikologis. Tercapainya penyesuaian diri, perkembangan
optimal dan kemandirian merupakan tujuan yang ingin dicapai dari bimbingan.
Selain itu, dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam
penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu
agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa
agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance),
mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self
realization).
Dalam Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling
tersirat bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi
tidak mungkin akan tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak memiliki
sistem pengelolaan yang bermutu. Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas,
sistematis, dan terarah. Untuk itu diperlukan guru pembimbing yang profesional
dalam mengelola kegiatan Bimbingan Konseling berbasis kompetensi di sekolah
dasar.
2.2 Tujuan Bimbingan Konseling
Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli dapat:
(1) merencanakan kegiatan penyelesaian
studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang;
(2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan
yang dimilikinya seoptimal mungkin;
(3) menyesuaikan diri dengan lingkungan
pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya;
(4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi
dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun
lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus
mendapatkan kesempatan untuk:
(1)
mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkem- bangannya,
(2) mengenal
dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya,
(3)
mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian
tujuan tersebut,
(4) memahami dan mengatasi
kesulitan-kesulitan sendiri
(5) menggunakan kemampuannya untuk
kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat,
(6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari
lingkungannya; dan
(7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan
yang dimilikinya secara optimal.
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk
membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi
aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.
A.
Tujuan
bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial adalah:
- Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
- Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
- Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), sertadan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
- Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
- Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
- Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
- Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
- Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
- Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
- Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
B.
Tujuan
bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :
- Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
- Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
- Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
- Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
- Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
- Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
C.
Tujuan
bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah :
- Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
- Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.
- Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
- Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
- Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
- Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
- Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
- Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.
Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan
dan minatnya.
2.3 Jenis Layanan Bimbingan
Konseling
Dalam rangka pencapaian tujuan Bimbingan dan Konseling di
sekolah, terdapat beberapa jenis layanan yang diberikan kepada siswa,
diantaranya:
- Layanan Orientasi; layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester.
Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat
beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan
memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
- Layanan Informasi; layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai.
Layanan
informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
- Layanan Konten; layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.
- Layanan Penempatan dan Penyaluran; layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya.
Layanan
Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan.
- Layanan Konseling Perorangan; layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya.
Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta
didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya.
Layanan
Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
- Layanan Bimbingan Kelompok; layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untukpengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok.
Layanan
Bimbingan Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan Pengembangan
- Layanan Konseling Kelompok; layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok.
Layanan
Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
- Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
- Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.
Untuk
menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang telah dikemukakan
di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung, mencakup :
- Aplikasi Instrumentasi Data; merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes, dengan tujuan untuk memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya dan memahami karakteristik lingkungan.
- Himpunan Data; merupakan kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
- Konferensi Kasus; merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.
- Kunjungan Rumah; merupakan kegiatan untuk memperoleh data,keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien.
- Alih Tangan Kasus; merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten.
2.4 Peranan Guru dalam Bimbingan
Konseling
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru
dalam kegiatan BK, yaitu:
- Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
- Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
- Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
- Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
- Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
- Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
- Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
- Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
- Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Abin
Syamsuddin dengan mengutip pemikiran Gagne dan Berliner, mengemukakan peran
guru dalam proses pembelajaran peserta didik, yang mencakup :
- Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).;
- Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching problems).
- Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.
Peran guru dalam
bimbingan konseling, meliputi :
- Peran guru kelas/mata pelajaran
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah
melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia
sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan
konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan
efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan
dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi
siswanya. Wina Senjaya (2006) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh
guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus
memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu,
berkenaan peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S.
Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan
pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong,
konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat. Prayitno (2003)
memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam
bimbingan dan konseling adalah :
- Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
- Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
- Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor
- Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
- Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
- Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
- Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.
- Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar.
Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting
dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
2.
Peran Wali Kelas
Sebagai
pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling, Wali Kelas
berperan :
1. Membantu guru
pembimbing/konselor melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya
di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Membantu Guru Mata Pelajaran
melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di
kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
3. Membantu memberikan kesempatan
dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya,
untuk mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling;
4. Berpartisipasi aktif
dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti konferensi kasus; dan
5. Mengalihtangankan siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor.
6. Kerjasama guru dan konselor dalam layanan bimbingan
konseling.
2.5
Tugas Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah
Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan
di Kelas
Guru perlu mempunyai gambaran yang jelas tentang tugas-tugas
yang harus dilakukannya dalam kegiatan bimbingan. Kejelasan tugas ini dapat
memotivasi guru untuk berperan secara aktif dalam kegiatan bimbingan dan mereka
merasa ikut bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan itu. Sehubungan
dengan itu Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985)nmenyatakan bahwa fungsi
bimbingan dalam proses belajar-mengajar itu merupakan salah satu kompetensi
guru yang terpadu dalam keseluruhan pribadinya. Perwujudan kompetensi ini
tampak dala, kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan karakteristik siswa
dan suasana belajarnya.
Perilaku guru
dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru yang bersifat otoriter
akan menimbulkan suasana tegang, hubungan guru siswa menjadi kaku, keterbukaan
siswa untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan sehubungan dengan pelajaran itu
menjadi terbatas, dan sebagainya. Oleh karena itu, guru harus dapat menerapkan
fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar-mengajar. Sehubungan dengan itu Rochman
Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam proses
belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:
a.
Perlakuan
terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu, siswa memiliki
potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk
mandiri.
b. Sikap yang positif dan wajar
terhadap siswa.
c.
Perlakuan
terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan.
d. Pemahaman siswa secara empatik.
e. Penghargaan terhadap martabat siswa
secara individu.
f. Penampilan diri secara asli
(genuine) tidak berpura-pura, di depan siswa.
g. Kekonkretan dalam menyatakan diri.
h. Penerimaan siswa secara apa adanya.
i.
Perlakuan
terhadap siswa secara permissive.
j.
Kepekaan
terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa untuk menyadari
perasaannya itu
k.
Kesadaran
bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan
pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang
lebih dewasa.
l.
Penyesuaian
diri terhadap keadaan yang khusus.
Abu Ahmadi (1977)
mengemukakan peran guru sebagai pembimbing dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar, sebagai berikut:
a. Menyediakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan setiap siswa merasa aman, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan
prestasi yang dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian. Suasana yang
demikian dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan dapat menumbuhkan rasa
percaya diri siswa.
b. Mengusahakan agar siswa-siswa dapat
memahami dirinya, kecakapan-kecakapan, sikap, minat, dan pembawaanya.
c. Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi
tingkah laku sosial yang baik. Tingkah laku siswa yang tidak matang dalam
perkembangan sosialnya ini dapat merugikan dirinya sendiri maupun
teman-temannya.
d. Menyediakan kondisi dan kesempatan
bagi setiap siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Guru dapat memberikan
fasilitas waktu, alat atau tempat bagi para siswa untuk mengembangkan
kemampuannya.
e.
Membantu
memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan, dan minatnya.
Berhubung guru relatif lama bergaul
dengan para siswa, maka kesempatan tersebut dapat dimanfaatkannya untuk
memahami potensi siswa. Guru dapat menunjukkan arah minat yang cocok dengan
bakat dan kemampuannya. Melalui penyajian materi pelajaran, usaha bimbingan
tersebut dapat dilaksanakan.
Di samping tugas-tugas tersebut, guru juga dapat melakukan
tugas-tugas bimbingan dalam proses pembelajaran seperti berikut:
a. Melaksanakan kegiatan diagnostik
kesulitan belajar. Dalam hal ini guru mencari atau mengidentifikasi
sumber-sumber kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, dengan cara:
Ø Menandai siswa yang diperkirakan
mengalami masalah, dengan jalan melihat prestasi belajarnya yang paling rendah
atau berada di bawah nilai rata-rata kelasnya.
Ø Mengidentifikasi mata pelajaran di
mana siswa mendapat nilai rendah (di bawah rata-rata kelas).
Ø Menelusuri bidang/bagiandi mana
siswa mengalami kesulitan yang menyebabkan nilainya rendah. Dengan demikian
dapat ditemukan salah satu sumber penyebab timbulnya kesulitan belajar.
Ø Melaksanakan tindak lanjut, apakah perlu
pelajaran tambahan, dengan bimbingan guru secara khusus, atau tindakan-tindakan
lainnya.
b. Guru dapat memberikan bantuan sesuai
dengan kemampuan dan kewenangannya kepada murid dalam memecahkan masalah pribadi.
Masalah-masalah yang belum terpecahkan dan berada di luar batas kewenangan guru
dapat dialihtangankan (referal) kepada konselor yang ada di sekolah itu atau
kepada ahli lain yang dipandangnya tepat untuk menangani masalah tersebut.
Tugas Guru dalam Operasional
Bimbingan di Luar Kelas
Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam
kegiatan proses belajar-mengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga
kegiatan-kegiatan bimbingan di luar kelas. Tugas-tugas bimbingan itu antara
lain:
a.
Memberikan
pengajaran perbaikan(remedial teaching).
b.
Memberikan
pengayaan dan pengembangan bakat siswa.
c.
Melakukan
kunjungan rumah (home visit).
·
Membiasakan
anak untuk bergaul dengan teman-temannya, bagaimana mengemukakan pendapatnya
dan menerima pendapat dari teman lain.
· Merealisasikan tujuan pendidikan dan
pengajaran melalui belajar secara kelompok.
·
Mengatasi
kesulitan-kesulitan, terutama dalam hal pelajaran secara bersama-sama.
· Belajar hidup bersama agar nantinya
tidak canggung di dalam masyarakat yang lebih luas.
·
Memupuk
rasa kegotongroyongan
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan
tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga
menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian
kemampuan profesionalnya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam
mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak
lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai
informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan
manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang
lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya.
Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran
informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal
ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua
maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru
perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan
pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping
itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas
pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan
guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah
efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya.
Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru
untuk melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan
dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang
berlangsung.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Program bimbingan dan konseling adalah suatu
program yang memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membantu individu.
(Costor yang dikutip oleh Gipson dan Mitchell (1981)).
·
Jenis
layanan Bimbingan Konseling:
ü Layanan Orientasi
ü Layanan
Informasi
ü Layanan
Konten
ü Layanan
Penempatan dan Penyaluran
ü Layanan
Konseling perorangan
·
Peranan
guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka
mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
·
Tugas-tugas
guru dalam bimbingan pada proses pembelajaran seperti berikut:
a. Melaksanakan kegiatan diagnostik
kesulitan belajar. Dalam hal ini guru mencari atau mengidentifikasi
sumber-sumber kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, dengan cara:
Ø Menandai siswa yang diperkirakan mengalami
masalah, dengan jalan melihat prestasi belajarnya yang paling rendah atau
berada di bawah nilai rata-rata kelasnya.
Ø Mengidentifikasi mata pelajaran di
mana siswa mendapat nilai rendah (di bawah rata-rata kelas).
Ø Menelusuri bidang/bagiandi mana siswa
mengalami kesulitan yang menyebabkan nilainya rendah. Dengan demikian dapat
ditemukan salah satu sumber penyebab timbulnya kesulitan belajar.
Ø Melaksanakan tindak lanjut, apakah perlu
pelajaran tambahan, dengan bimbingan guru secara khusus, atau tindakan-tindakan
lainnya.
b.
Guru
dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya kepada murid
dalam memecahkan masalah pribadi. Masalah-masalah yang belum terpecahkan dan
berada di luar batas kewenangan guru dapat dialihtangankan (referal) kepada
konselor yang ada di sekolah itu atau kepada ahli lain yang dipandangnya tepat
untuk menangani masalah tersebut.
3.2
Saran
Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan, dan semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Sutjipto, Raflis Kosasi. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta:PT Rineka
Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar