Selasa, 29 Mei 2012

Pasar Terapung Lok Baintan Kalsel

Kata Pengantar
            Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
            Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Geografi Budaya Dan Pariwisata yang telah membantu dalam penyelesaian dari pada makalah ini.
            Penulis menyadari sesungguhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.
            Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.


Banjarmasin, April 2012

Penulis            


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang terletak di salah satu pulau terbesar di Indonesia yaitu Kalimantan. Banjarmasin yang masuk ke dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan ini, memiliki luas sekitar 72 km2 atau sekitar 0,22% luas wilayah Kalimantan Selatan.  Kota Banjarmasin dibelah oleh sungai Martapura dan memberikan ciri khas tersendiri terhadap kehidupan masyarakatnya terutama pemanfaatan sungai sebagai sarana  transportasi air, perdagangan dan pariwisata.  Banjarmasin yang merupakan ibukota propinsi Kalimantan Selatan selain sebagai kawasan pemukiman juga merupakan pusat perdagangan dan pariwisata. Kota ini mendapat julukan Kota Air karena memiliki 103 sungai dan pada saat pasang letak daratan berada 0.16 m di  bawah permukaan air laut. Kota ini memiliki banyak lokasi wisata dan salah satu objek wisata air yang terkenal di Banjarmasin adalah pasar terapung. Keberadaan pasar terapung ini, konon, tak lepas dari sejarah berdirinya Kota Banjarmasin. Pada tahun 1526, Sultan Suriansyah mendirikan kerajaan di tepian sungai Kuin dan Barito yang hiruk pikuk pasar terapung di Banjarmasin memang merupakan daya tarik tersendiri. kemudian menjadi cikal bakal berdirinya kota Banjarmasin. Di tepian sungai ini pula pusat perdagangan di Banjarmasin dimulai. Selain pasar terapung di Kuin Banjarmasin, pasar terapung lain dapat dijumpai di Lok Bintan, yang berada di atas sungai Martapura di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Pasar terapung Lok Baintan memang belum sepopuler pasar terapung Kuin di Banjarmasin. Mungkin karena lokasinya yang cukup jauh dari pusat kota, sehingga wisatawan lebih suka singgah di pasar terapung Kuin.




1.2  Tujuan Penelitian
1.      Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang bersifat teori dan prakteknya
2.      Menganalisis kondisi fisik, sosial budaya, dan ekonomi pasar terapung Lok Baintan
3.      Mengetahui potensi wisata pasar terapung Lok Baintan
4.      Mengetahui pengembangan pasar terapung Lok Baintan

1.3  Manfaat Penelitian
1.      Sebagai sarana pendidikan dan menambah pengalaman budaya di kawasan pasar terapung.
1.4  Dasar Teori
Pasar Terapung Lok Baintan adalah sebuah pasar terapung tradisional yang berlokasi di desa Sungai Pinang (Lok Baintan), kecamatan Sungai Tabuk, Banjar.Secara umum, Pasar Terapung Lok Baintan tak beda dengan Pasar Terapung di muara Sungai Kuin/Sungai Barito.Keduanya sama-sama pasar tradisional di atas jukung yang menjual beragam dagangan, seperti hasil produksi pertanian/perkebunan dan berlangsung tidak terlalu lama, paling lama sekitar tiga hingga empat jam.Di sepanjang pesisir aliran Sungai Martapura Lokbaintan terlihat konvoi perahu menuju lokasi pasar terapung. Perahu ini milik pedagang dan petani yang akan memasarkan hasil kebun mereka. Mereka berasal dari berbagai anak Sungai Martapura, seperti Sungai Lenge, Sungai Bakung, Sungai Paku Alam, Sungai Saka Bunut, Sungai Madang, Sungai Tanifah, dan Sungai Lok Baintan.
Untuk menuju pasar terapung Lok Baintan dari pusat kota bisa ditempuh dengan dua alternatif. Alternatif pertama menyusuri sungai Martapura dengan menggunakan klotok, sejenis sampan bermesin. Dengan klotok, perjalanan dari pusat kota menuju pasar terapung terbilang cepat karena membutuhkan waktu 30 menit. Alternatif kedua dengan menggunakan kendaraan darat seperti mobil. Namun, untuk alternatif kedua membutuhkan waktu lebih panjang yakni satu jam untuk mencapai pasar terapung. Hal itu disebabkan medan perjalanan yang cenderung berat dan berliku-liku.
Aktivitas pasar terapung dimulai pada pukul 07.00 Wita sampai dengan 10.00 Wita. mereka menjual berbagai dagangan, seperti sayur-mayur, buah-buahan, kue-kue tradisional, dan lain-lain. Yang menarik dari pasar terapung adalah sistem pertukaran barang. Di pasar terapung tidak menjadikan uang sebagai alat transaksi utama. Pasalnya, penjual dan pembeli dalam pasar terapung masih menerapkan sistem barter.
Umumnya, dagangan yang akan dibarter adalah hasil bumi berupa sayur mayur dan buah-buahan. Besaran dan keberimbangan jumlah hasil barter tergantung kesepakatan antarkedua belah pihak. Jika sepakat, maka masing-masing akan mendapatkan barang sesuai keinginan dan selanjutnya digunakan untuk keperluan pribadi di rumah.
BAB II
HASIL PENGAMATAN

A.                Pasar terapung
Pasar Terapung Lok Baintan adalah sebuah pasar terapung tradisional yang berlokasi di desa Sungai Pinang (Lok Baintan), kecamatan Sungai Tabuk, Banjar, Kalimantan Selatan. Di pasar ini, para pedagang dan pembeli melakukan aktivitas jual beli di atas perahu tradisonal. Perahu tersebut biasa disebut dengan nama jukung. Adapula jenis kapal bermotor yang ikut meramaikan aktivitas pasar ini, yakni klotok.
Pasar Terapung Lok baintan merupakan salah satu bentuk pola interaksi jual beli masyarakat yang hidup di atas air. Pasar ini dimulai setelah matahari terbit dan akan berakhir ketika menginjak siang hari sekitar pukul 10.00 pagi. Apabila lewat dari jam tersebut, maka sudah dapat dipastikan bahwa pasar bakal sepi. Hal ini dikarenakan para pedagang telah berpencar menyusuri sungai-sungai kecil, untuk menjual barang dagangnya kepada penduduk yang rumahnya berada di bantaran sungai.
Pasar terapung ini sudah ada lebih dari 400 tahun lalu dan merupakan sebuah bukti aktivitas jual-beli manusia yang hidup di atas air. Seperti halnya pasar-pasar yang ada di daratan, di pasar terapung ini  juga dilakukan transaksi jual beli barang seperti sayur-mayur, buah-buahan, segala jenis ikan, dan berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya. Pembelian dari tangan pertama disebut dukuh, sedangkan tangan kedua  yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan
Namun sayang, kondisi aktraktif aktivitas jual-beli di atas perahu tersebut  semakin lama semakin pudar pamornya, baik karena jumlah jumlah pedagang yang semakin  sedikit, sikap penjual yang tidak lagi cukup bersahabat, ataupun kurangnya  dukungan dari pemerintah Kota Banjarmasin. Kebijakan pemerintah membangun pasar di darat dekat dengan Pasar Terapung Lok Baintan dan pembangunan ratusan jembatan  rendah yang menghalangi akses lalu lintas sungai, baik langsung atau tidak,  merupakan salah satu penyebab semakin memudarnya aktivitas jual-beli di  floating market ini.
B.     Keistimewaan
Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk, sesuatu yang unik dan langka.
Mengunjungi Pasar Terapung Lok baintan akan memberikan kenangan tak  terlupakan tentang bagaimana masyarakat yang hidup di atas air memenuhi  kebutuhan hidupnya. Selain itu, pengunjung juga akan mengetahui pola transaksi  jualbeli yang telah berumur lebih dari 400 tahun. Oleh karenanya, pasar ini menjadi saksi bisu perjalanan aktivitas ekonomi masyarakat Kalimantan Selatan. Sehubungan denngan hal tersebut, maka muncul pameo belum ke Banjarmasin jika belum mengunjungi Floating Market Muara Kuin.
Salah satu keunikan dari Pasar Terapung adalah desak-desakan antara perahu besar dan perahu kecil yang mencari pembeli, serta penjual yang bersliweran kesana kemari. Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang bersarkan barang dagangan.
Suasana berdesak-desakan antara perahu besar di pasar  terapung ini cukup unik dan khas. Para pengemudi jukung dengan mahirnya mengayuh dan mengejar pembeli atau penjual yang berseliweran kian kemari. Bagi wisatawan yang datang dari kota-kota besar, akan merasakan sensasi tersendiri ketika mengamati pedagang wanita dengan topi lebarnya berperahu  menjual hasil kebun atau makanan olahannya sendiri.
Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pada  pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung,  pembagian pedagang berdasarkan barang dagangan, dan tempat berjualan yang  selalu berpindah-pindah.
Bagi pengunjung yang hanya ingin bersantai, bisa menikmati secangkir teh  atau kopi, plus makanan/kue khas Banjar, sembari menikmati goyangan ombak yang  menerpa klotok yang ditumpangi. Pengunjung juga dapat menyaksikan rumah-rumah terapung (Rumah Lanting) yang berada di  sepanjang pinggiran sungai.




C.    Lokasi
Pasar Terapung Lok Baintan adalah sebuah pasar terapung tradisional yang berlokasi di desa Sungai Pinang (Lok Baintan), kecamatan Sungai Tabuk, Banjar, Kalimantan Selatan.
D.                Akses
Jika  berangkat dari Musium wasaka Banjarmasin dengan menggunakan perahu mesin  atau yang biasa disebut klotok, diperlukan waktu sekitar 45 sampai 1 jam menit untuk  menuju pasar terapung Lok baintan. pengunjung bisa mencarter klotok dengan harga Rp 250.000 (tergantung bisa tidaknya pencarter menawar harga).
E. Tiket Masuk
Tidak ada biaya masuk
F. Akomodasi dan fasilitas lainnya.
Di tempat ini tersedia tempat penyewaan perahu klotok, rumah makan, warung-warung penjual makanan dan minumana ringan. Selain itu,











G. Kondisi Umum Pasar Terapung
Pasar Terapung Lok Baintan adalah sebuah pasar terapung tradisional yang berlokasi di desa Sungai Pinang (Lok Baintan), kecamatan Sungai Tabuk, Banjar.Secara umum, Pasar Terapung Lok Baintan tak beda dengan Pasar Terapung di muara Sungai Kuin/Sungai Barito.Keduanya sama-sama pasar tradisional di atas jukung yang menjual beragam dagangan, seperti hasil produksi pertanian/perkebunan dan berlangsung tidak terlalu lama, paling lama sekitar tiga hingga empat jam.Di sepanjang pesisir aliran Sungai Martapura Lokbaintan terlihat konvoi perahu menuju lokasi pasar terapung. Perahu ini milik pedagang dan petani yang akan memasarkan hasil kebun mereka. Mereka berasal dari berbagai anak Sungai Martapura, seperti Sungai Lenge, Sungai Bakung, Sungai Paku Alam, Sungai Saka Bunut, Sungai Madang, Sungai Tanifah, dan Sungai Lok Baintan.
Untuk menuju pasar terapung Lok Baintan dari pusat kota bisa ditempuh dengan dua alternatif. Alternatif pertama menyusuri sungai Martapura dengan menggunakan klotok, sejenis sampan bermesin. Dengan klotok, perjalanan dari pusat kota menuju pasar terapung terbilang Lambat karena membutuhkan waktu 60 menit. Alternatif kedua dengan menggunakan kendaraan darat seperti mobil. Namun, untuk alternatif kedua membutuhkan waktu lebih panjang yakni satu jam untuk mencapai pasar terapung. Hal itu disebabkan medan perjalanan yang cenderung berat dan berliku-liku.

H. Suasana dan Kegiatan Pasar

Pasar terapung ini mulai dari jam 06.00 sampai dengan jam 09.00 pagi saat matahari mulai terbit. Pedagang dan pembeli yang ada di pasar ini semua menggunakan kapal perahu jukung. Untuk dapat menyaksikan pasar ini pengunjung harus menggunakan perahu. Pengunjung dapat menyewa perahu yang disediakan oleh masyarakat disekitar dermaga wisata. Dengan menyaksikan panoramanya, wisatawan seakan-akan sedang tamasya. Jukung-jukung dengan sarat muatan barang dagangan sayur mayur, buah-buahan, segala jenis ikan dan berbagai kebutuhan rumah tangga tersedia di pasar terapung. Setelah pulang dari pasar terapung biasanya para pedagang menjual sisa barang dagangannya menyusuri sungai-sungai sambil menuju rumah masing-masing.
Salah satu hal yang menarik di pasar ini yaitu para pedagang aktif mendekati calon pembelinya. Bahkan tidak jarang antara perahu saling bersenggolan satu sama lain. Selain bahan makanan pokok sehari-hari, di pasar ini juga terdapat pedagang yang menjual jajanan khas Banjarmasin. Jadi, pengunjung yang telah selesai berbelanja dan melihat-lihat suasana pasar bisa menikmati
jajanan dan minuman yang dijual.

I.       Pedagang Pasar Terapung
Seperti pasar pada umumnya, di pasar terapung juga terdapat pedagang yang sehari-harinya menjual barang dagangan. Namun, berbeda dengan pasar biasa, pada pasar terapung pedagang menjual barang dagangannya dengan menggunakan perahu. Pedagang pasar terapung berasal dari berbagai daerah disekitar aliran sungai Martapura seperti Lok Baintan dalam, Sungai Lulut, dan sebagainya. Mereka yang berjualan disini umumnya para wanita paruh baya yang masih memegang erat kebudayaan sungai. Barang dagangan yang dijualpun beraneka ragam layaknya pasar tradisional yang berada didarat seperti berbagai macam hasil bumi, ikan hasil tangkapan di sungai hingga aneka macam penganan khas Banjarmasin. Namun disini terdapat sedikit perbedaan karena umumnya para pedagang berbagai macam hasil bumi melayani penjualan kepada pembeli dalam jumlah yang besar (per keranjang), karena mereka mengaku tidak mau berlama-lama menyimpan barang dagangan mereka karena takut akan resiko kebusukan.Uniknya, pasar terapung Lok Baintan tidak hanya didominasi oleh kegiatan transaksi jual-beli yang dilakukan oleh pedagang kepada para pengunjung, namun terdapat sistem barter yang dilakukan oleh sesama penjual.


J.       Pengunjung Pasar Terapung
Sampai saat ini, pasar terapung masih menjadi salah satu objek wisata yang masih sering dikunjungi oleh para wisatawan baik wisatawan asing maupun
lokal. Umumnya pengunjung yang datang ke pasar tepung datang secara beramai-ramai, hal ini dikarenakan biaya sewa perahu yang cukup mahal. Pengunjung yang datang biasanya berasal dari kalangan pegawai pemerintah dan swasta, kalangan akademisi dalam hal ini mahasiswa. Banyak pula masyarakat lokal yang
sengaja datang ke pasar terapung untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, biasanya mereka menggunakan perahu milik pribadi.
Aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung pada umumnya, yaitu berwisata seperti berputar-putar mengelilingi pasar terapung, makan sambil menikmati suasana pasar yang ramai, berfoto-foto. Karena pengunjung yang datang ke pasar terapung cukup beragam, seharusnya pasar terapung ini dikembangkan menjadi wisata yang bersifat universal yang dibatasi oleh aspek-aspek budaya yang terkandung dalam didalamnya. Dengan kata lain, penataan fasilitas, aktifitas dan objek wisata bisa lebih dinikmati oleh semua kalangan. Selain kelompok pengunjung diatas, terdapat pula kelompok pengunjung lokal maupun internasional dari kalangan akademisi yang datang dengan tujuan pendidikan diantaranya untuk keperluan studi maupun penelitian. Kelompok pengunjung ini melakukan pengamatan dan penelitian mengenai sejarah pasar terapung, mekanisme pasar dan mengenai pengaruh budaya lokal terhadap perkembangan pasar terapung. Untuk mengakomodasi kegiatan ini, seharusnya disediakan suatu tempat khusus sebagai konsentrasi dari kegiatan ini.
Untuk menunjang kegiatan ini sebaiknya disediakan sebuah museum atau pusat informasi yang khusus menyediakan informasi mengenai pasar terapung. Pengunjung yang datang ke kawasan pasar terapung sejauh ini cukup merasa puas bisa menikmati pemandangan pasar yang lain dari pada yang lain. Pemandangan pasar terapung yang masih alami menjadi salah satu kepuasan  tersendiri yang didapat oleh para pengunjung yang tidak bisa didapatkan ditempat lain. Akan tetapi kurangnya fasilitas penunjang yang terdapat di kawasan terapung ini menyebabkan wisatawan kurang merasa puas. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kepuasan para pengunjung perlu adanya perbaikan fasilitas. Sebagian besar pengunjung berharap adanya penataan dan manajemen yang lebih baik bagi pasar terapung ini. Selain itu diharapkan juga adanya perbaikan penataan kawasan pemukiman dan perusahaan pengolahan kayu yang ada disekitar pasar terapung. Akses menuju lokasi pasar terapung juga menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan, karena saat ini keindaahan pasar terapung hanya bisa dinikmati melalui perahu saja sedangkan masyarakat maupun pengunjung yang ingin menikmatinya dari daratan masih sulit. Hal ini dikarenakan banyaknya pemukiman dan perusahaan pengelolaan kayu yang menghalangi pemandangan ke arah pasar terapung. Pemerintah dan masyarakat lokal juga mengaharapkan adanya peran serta yang lebih bagi masyarakat lokal. Masyarakat sekitar yeng bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang diharapkan bias berperan aktif dalam pengembangan kawasan ini. Masyarakat yang berprofesi sebagai petani dapat menjual barang hasil taninya di pasar terapung, kelompok masyarakat pedang bisa menyediakan kios-kios yang khusus menjual cinderamata khas Banjarmasin. Selain itu, masyarakat lainnya juga dapat berperan dengan menyediakan penginapan atau homestay bagi para pengunjung dari jauh. Hal tersebut tentunya diharapkan dapat meningkatkan tingkat kepuasan pengunjung dan dapat menambah penghasilan masyarakat setempat.


























BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Pariwisata
Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata ”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata ”Pariwisata” dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Tour”. (Yoeti, 1991:103).
Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia.
Pariwisata merupakan keseluruhan kegiatan, proses dan kaitan-kaitan yang berhubungan dengan perjalanan dan persinggahan dari orang-orang di luar tempat tinggalnya serta tidak dengan maksud mencari nafkah. Kepariwisataan merupakan keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat yang ditujukan untuk menata kebutuhan perjalanan dan persinggahan.
Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya.
Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.
Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaan yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyraakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan (E. Guyer Freuler)
·         DEFINISI PARIWISATA MENURUT PARA AHLI
ü  Menurut A.J. Burkart dan S. Medik (1987)
Pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya hlidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu.
ü  Menurut Hunziger dan krapf
pariwisata adalah keserluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing disuatu tempat dengan syarat orang tersebut tidak melakukan suatu pekerjaan yang penting (Major Activity) yang memberi keuntungan yang bersifat permanent maupun sementara.


ü  Menurut Prof. Salah Wahab dan Oka A Yoeti (1994)
Pariwisata dalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri/ diluar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.
ü  Menurut Soetomo (1994)
Wisata adalah perjalanan keliling selama lebih dari tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan di dalam kota dan acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai tempat atau kota baik di dalam maupun di luar negeri.
ü  Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
Jadi pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu :
Ø  Kegiatan perjalanan
Ø  Dilakukan secara sukarela
Ø  Bersifat sementara
Ø  Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
ü  Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar ( 2000)
Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
ü  Menurut H.Kodhyat (1983)
Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
ü  Menurut James J.Spillane (1982)
Pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.
ü  Menurut Keputusan R. I. No. 19 tahun 1969
Kepariwisataan adalah “ merupakan kegiatan jasa yang memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan hidup yang khas, seperti hasil budaya, peninggalan sejarah, pemandangan alam yang indah dan iklim yang nyaman.”
ü  Menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta dalam Oka A.Yoeti (1992)
Pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya.


ü  Menurut pendapat Anonymous (1986)
 Pariwisata adalah kegiatan seseorang dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan perbedaan pada waktu kunjungan dan motivasi kunjungan.
ü  Menurut Yoeti, (1991)
Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata ”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata ”Pariwisata” dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Tour”.
ü  Menurut RG. Soekadijo (1997)
Pariwisata ialah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.
ü  Menurut Herman V.Schularad
Pariwisata adalah sejumlah kegiatan terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya,adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang keluar masuk suatu kota atau daerah dan negara.
ü  Suyitno (2001) tentang Pariwisata sebagai berikut:
Ø  Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya.
Ø  Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi, akomodasi, restoran, obyek wisata, souvenir dan lain-lain.
Ø  Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan
Ø  Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat memberikan kontribusi pendapatan baga masyarakat atau daerah yang dikunjungi, karena uang yang idbelanjakannya dibawa dari tempat asal.
ü  Menurut Tap MPRS tahun 1960
Kepariwisataan adalah “suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberikan hiburan rohani dan jasmani, setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah lain (wisatawan nusantara) atau negara- negara lain (wisatawan mancanegara)


3.2 Wisata Pasar Terapung Lok Baintan
            Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan penawaran bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan dalam arti luas adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar modern. Permintaan dan penawaran dapat berupa barang atau jasa (Anonim, 2009). Sedangkan menurut Sinaga (2008) secara umum pasar mempunyai pengertian sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Bagi produsen, posisi pasar mempunyai arti yang besar, yaitu sebagai sumber untuk memperoleh uang dari hasil transaksi di pasar. Sementara bagi konsumen, pasar dianggap sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya (Anonim, 2009).
Pasar tradisional adalah yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisiknya yang tradisional yang menerapkan sistem transaksi tawar menawar secara langsung dimana fungsinya utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan dan lainnya. Yang berjualan dipasar ini terdiri dari Usaha Kecil dan Menengah dan pedagang kaki lima. Harga di pasar tradisional ini mempunyai sifat yang tidak pasti, oleh karena itu bisa dilakukan tawar menawar. Bila dilihat dari tingkat kenyamanan, pasar tradisional pada umumnya kumuh dengan lokasi yang tidak tertata rapi. Pembeli di pasar tradisional mempunyai perilaku yang senang bertransaksi dengan berkomunikasi/dialog dalam penetapan harga, mencari kualitas barang, memesan barang yang diinginkan, dan perkembangan harga-harga lainnya. Barang yang dijual di pasar tradisional umumnya barang-barang lokal dan ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas, barang yang dijual di pasar tradisional dapat terjadi tanpa melalui penyortiran yang ketat. Rantai distribusi pada pasar tradisional terdiri dari produsen, distributor, sub distributor (pengecer), dan konsumen.
Kendala yang dihadapi pada pasar tradisional antara lain system pembayaran ke distributor atau ke sub distributor dilakukan dengan tunai, penjual tidak dapat melakukan promosi (statis) atau memberikan discount komoditas. Penjual hanya dapat menurunkan barang yang kurang diminati konsumen. Selain itu, dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kontinyuitas barang, lemah dalam penguasaan teknologi dan manajemen sehingga melemahkan daya saing (Anonim, 2009).
Pengertian Pasar Terapung adalah sebagaimana layaknya pasar yang ada di darat, dimana terdapat sejumlah pedagang yang menempati deretan tempat berdagang. Biasanya mereka menjual sejumlah barang kebutuhan sehari-hari, dalam pengertian ini dapat dikatakan Pasar Terapung adalah kongkrit atau nyata ada lokasinya dan ada kegiatan perdagangan baik sebagai penjual maupun pembeli yang berasal dari berbagai penjuru kota dan desa, pasar letaknya sangat strategis antara Kabupaten Barito Kuala dan lalu lintas ke Kalimantan Tengah.
Pasar Terapung Lok Baintan adalah sebuah pasar terapung tradisional yang berlokasi di desa Sungai Pinang (Lok Baintan), kecamatan Sungai Tabuk, Banjar.Secara umum, Pasar Terapung Lok Baintan tak beda dengan Pasar Terapung di muara Sungai Kuin/Sungai Barito.Keduanya sama-sama pasar tradisional di atas jukung yang menjual beragam dagangan, seperti hasil produksi pertanian/perkebunan dan berlangsung tidak terlalu lama, paling lama sekitar tiga hingga empat jam.Di sepanjang pesisir aliran Sungai Martapura Lokbaintan terlihat konvoi perahu menuju lokasi pasar terapung. Perahu ini milik pedagang dan petani yang akan memasarkan hasil kebun mereka. Mereka berasal dari berbagai anak Sungai Martapura, seperti Sungai Lenge, Sungai Bakung, Sungai Paku Alam, Sungai Saka Bunut, Sungai Madang, Sungai Tanifah, dan Sungai Lok Baintan.
Pasar di atas air yang kini disebut sebagai Pasar Terapung memang sudah berlangsung lama. Ketika pemerintah menetapkan sektor pariwisata sebagai aset untuk meningkatkan devisa negara, maka sejak tahun 1980-an Pasar Terapung ikut mendapat perhatian untuk dijual kepada wisatawan baik domestik maupun wisatawan mancanegara.
Pasar Terapung kemudian menjadi terkenal menasional. Faksi-faksi yang berkepentingan ikut memanfaatkan aset unik ini. Dalam perkembangan kemajuan pembangunan dan teknologi hingga saat ini sudah pula tersedianya jalan darat yang menjangkau pedesaan dan mudahnya mendapatkan kendaraan bermotor membuat adanya alternatif lain untuk memasarkan barang dagangan dari pedesaan, maupun untuk membeli barang keperluan lainnya. 

           
3.3 Dampak Pariwisata
Dampak Sosial Pariwisata
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setemapat. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energi dobrak yang luar biasa, yang mampu membuat masyarakat setemapt mengalami metamorphose dalam berbgai aspeknya.
Dampak pariwisata merupakan wilayah kajian yang a;ling banyak mendapatkan perhatian dalam interratur, terutama dampak terhadap masyarakat lokal. Di dalam pihak dampak pariwisata terhadap wisatawan atau asal dari wisatawan belum banyak perhatian. Meskipun pariwisata juga menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat secara poitik, keamanan dan sebagainya. Dampak pariwisata terhadap masyarakat dan daerah tujuan wisata yang banyak mendapat ulasan adalah :
A.    Dampak Terhadap Sosial – Ekonomi
Dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dapat dikatagorikan menjadi delapan kelompok besar (cohen 1984) yaitu :
1.      Dampak terhadap penerimaan devisa
2.      Dampak terhadap kesempatan kerja
3.      Dampak terhadap harga – harga
4.      Dampak terhadap pendapatan masyarakat
5.       Dampak terhadap distribusi manfaat / keutuntungan
6.      Dampak terhadap kepemilikan dan control
7.      Dampak terhadap pembangunan pada umumnya dan
8.      Dampak terhadap pendapatan pemerintah

B.     Dampak Sosial Budaya
Secara teoritikal - idialistis, antara dampak sosial dan dampak kebudayaan dapat dibedakan. Namun demikian, Mathieson and Wall (1982 : 37 ) menyebutkan bahwa “ there is no clear distinction between sosial and cultural phenomena” sehingga sebagaian para ahli mengabungkan dampak sosial dan dampak budaya di dalam pariwisata selama ini lebih cenderung mengasumsikan bahwa akan terjadi perubahan sosial budaya akibat kedatangan wisatawan. Dengan tiga asumsi yang umum yaitu : (Martin . 1998 : 171) :
1.      Perubahan dibawa sebagai akibat adanya instruksi dari luar, umumnya dari sistem sosial budaya yang subordinat terhadap budaya penerima yang lebih lemah.
2.      Perubahan tersebut akan umumnya destruktif bagi budaya indigenous :
3.      Perubahan tersebut akan membawa pada homogenisasi budaya.
Dimana identitas etnik lokal akan tenggelam dalam bayangan sistem industry dengan teknologi barat, birokarasi nasional dan multinasional, a,consumeroriented economy, dan jet age lifestyle.
Secara teoritis, Cohen (1984) mengelompokan dampak sosial budaya pariwisata ke dalam sepuluh kelompok besar yaitu :
1.      Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau ketergantunganya
2.      Dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat.
3.      Dampak terhadap dasar – dasar oranisasi / kelembagaan sosial.
4.      Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata
5.      Dampak terhadap ritme kehidupan masyarakat sosial masyarakat
6.      Dampak terhadap pola pembagian kerja
7.      Dampak terhadap strafikasi dan mobilitas sosial.
8.      Dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan .
9.      Dampak terhadap meningkatkan penyimpangan – penyimpangan social
10.  Dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat

Dampak pariwisata terhadap bidang kesenian, adat istiadat dan dampak keagamaan mungkin paling menarik untuk dibahas, karena aspek budaya ini merupakan modal dasar pengembangan pariwisata. Pengaruh terhadap aspek- aspek ini bisa terjadi secara langsung karena adanya proses komiditifikasi terhadap berbagai aspek kebudayaan, atau terjadi secara tidak langsung melalui proses jangka panjang.

Sementara banyak khawatir terjadinya proses kehilangan otentisitas dalam budaya lokal. Bagi Urry (1990), kebudayaan memang selalu beradaptasi, termasuk dalam menghadapi pariwisata, dan di dalam proses tersebut tidak berarti makna atau otentisitasnya otomatis hilang. Akutansi merupakan proses yang wajar dalam setiap pertemuan antara budayanya.
Menurut Cohen (1988), terjadinya dampak negatif akibat adanya komoditisasi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pariwisata telah merusak atau menghancurkan kebudayaan lokal. Pariwisata secara tidak langsung memaksa ekspresi kebudayaan lokal untuk di modifikasi. agar sesuai dengan kebutuhan pariwista. Ekserasi budaya di komunikasikan agar dapat di jual kepada wisatawan.
Untuk pariwisata Indonesia khususnya daerah Bali banyak yang mengkhawatirkan akan terjadi pengikisan kebudayaan akibat kebudayaan asing yang menyerbu masuk yang menyebabkan terjadinya pendangkalan terhadap kualitas kebudayaan Bali serta hilangnya bentuk – bentuk sosial yang telah terbukti mampu menopang integritas dengan kehidupan tradisional masyarakat.
Di Indonesia, pariwisata telah menampilkan peranananya dengan nyata dalam memberikan kontribusi terhadap kehidupan ekomomi, sosial dan budaya bangsa. Kesempatan kerja bagi orang – orang terampil di bidang ini makin bertambah jumlahnya. Pendapatan Negara Negara dari sektor ini main baik, kebudayaan bangsa makin memperoleh apresiasi. Pariwisata sebagai industri makin berkembang, dibuktikan dengan makin banyaknya hotel. Pendidikan keterampilan untuk keperluan tersebut, pesawat udara, gerbong kereta api, bis dan taksi untuk keperluan wisatawan. Pariwisata sebagai ilmu akan tumbuhan apabila ia dikembangkan dan dipelihara. Struktur dan fungsinya dapat di pelajarai dari sejarah perkembangannya dan diluaskan ruang lingkupnya sehingga menjadi faktor pendorong bagi kemajuan bangsa Indonesia yang memiliki potensi sangat besar.




Dampak Positif dan Negatif Pariwisata :
A.    Dampak Terhadap Ekonomi
1.      Dampak Positif :
a.       Terciptanya lapangan kerja
b.      Meningkatkan devisa Negara
c.       Meningkatakan pendapat daerah khususnya daerah – daerah wisatawan
d.      Mendorong bangkitnya industri perhotelan (pembangunan)
e.       Diversifikasi Usaha
f.       Meningkatkan bursa saham (meningkatkan aktifitas ekonomi)
g.      Meningkatkan frekuensi penggunaan alat – alat transportasi

2.      Dampak Negatif
a.       Timbulnya kesenjangan social
b.      Timbuknya persaingan usaha
c.       Menurunya nilai tukar rupiah
d.      Harga barang melambung tinggi
e.       Menurunnya lapangan pekerjaan di bidangnya selain dunia pariwisata


B.     Dampak Terhadap Budaya
1.      Dampak Positif :
a.       Percampuran budaya melalui informasi dan teknologi
b.      Percampuran Ras
c.       Masyarakat terpacu untuk melestarikan budayanya sebagai motivasi wisatawan untuk berwisata kedaerahan
d.      Wisatawan terpacu untuk mempelajari nilai – nilai budaya dari objek yang dikunjungi yang didapatkan ke Negara asalnya sehingga objek wisata itu menjadi terkenal

2.      Dampak Negatif
a.       Perasaan tidak senang dari penduduk karena kedatangan para wisatawan yang dianggap mengganggu ketengangan masyarakat setempat
b.      Peniruan budaya asing yang berlebihan oleh masyarakat yang tidak sesuai dengan budaya masyarakat setempat
c.       Lunturnya kebudayaan – kebudayaan yang ada
d.      Adannya komersialisasi kebudayaan yang tujuan semata – mata untuk mencari keuntungan yang pada hakekatnya mengurangi citra dan nilai upacara bagi penduduk yang bersangkutan
e.       Komoditasi seni rupa yaitu adanya kecenderungan pembeli yang pada akhirnya mengurangi penghayatan terhadap nilai budaya tradisional
f.       Masyarakat terpacu untuk mempelajari bahasa asing sehingga bahasa daerah dilupakan
C.     Dampak Terhadap Lingkungan
1.      Dampak Positif
a.       Timbuhnya niat untuk melestarikan lingkungan dari masyarakat
b.      Tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang bersih.
c.       Tumbuhannya kesadaran masyarakat untuk menjaga keindahan lingkungan sehingga menarik minat wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata ke daerah wisata mereka
d.      Mulai datangnya duta – duta asing wisatawan
e.       Meningkatkan fasilitas umumya untuk kebutuhan wisatawan
f.       Reboisasi (penghijauan)

2.       Dampaik Negatif
a.       Adanya pencemaran limbah akibat dari limbah industri hotel
b.      Timbulnya penyakit – penyakit asing yang dibawa oleh para wisatawan di lingkungan pariwisata
c.       Berkurangnya minat wisatawan untuk mengunjungi objek wisata karena lingkungan yang tidak nyaman
d.      Rusaknya lingkungan masyarakat akibat pergaulan orang asing yang berlebihan
e.       Sempitnya areal pertanian
f.       Perburuan binatang secara liar
g.      Berkurangnya lahan hijau
h.      Timbulnya polusi seperti polusi udara dan suara
i.        Terbangunnya fasilitas – fasilitas perhotelnya yang tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan
j.        Penebangan hutan secara liar

3.4 Potensi Pasar Terapung Lokbaintan

Pasar Terapung Lok Baintan berada Sungai Lok Baintan - salah satu anak sungai Martapura, dan masuk dalam wilayah Desa Sungai Pinang, Kec. Sungai Tabuk, Kab. Banjar - Kalimantan Selatan. Lokasi pasar terapung Lok Baintan bisa dicapai melalui jalur darat ataupun air dari kota Banjarmasin, jika berwisata ke Lok Baintan, akan lebih berkesan jika kita melewati jalur air dengan menggunakan klotok (perahu).
Berbagai macam dagangan seperti sembako, sayuran, dan berbagai jenis buah-buahan tersedia di sini, pada musim panen buah, aktifitas di Pasar Terapung Lok Baintan cenderung lebih ramai daripada saat musim panen padi, hal ini dikarenakan ketika musim panen padi tiba, masyarakat setempat lebih banyak menghabiskan waktu di sawah mereka. oh ya, satu lagi keistimewaan pasar terapung Lok Baintan adalah masih berlakunya sistem barter (pertukaran barang)
Di Lok Baintan pengunjung juga bisa sarapan di atas klotok yang bergerak pelan mengikuti arus sungai sambil menikmati suasana keramaian pasar terapung Lok Baintan. aktifitas di Pasar Terapung Lok Baintan dimulai dari sekitar jam 8-9 pagi hingga jam 11-12 pagi, sedangkan puncak keramaian pasar biasanya terjadi antara jam 10-11 pagi. namun pada musim panen buah, aktifitas pasar dimulai lebih pagi [sekitar jam 6-7]. hal ini berbeda dengan pasar terapung lain semisal di Sungai Kuin [Pasar Terapung Kuin] yang sudah memulai aktifitasnya dari jam 3 pagi hingga matahari terbit atau sekitar jam 6 pagi.
Umumnya Pasar Terapung di Kalimantan hanya ramai saat subuh hingga pagi hari. Namun tidak demikian dengan Pasar Terapung Lok Baintan. Pasar terapung yang satu ini bisa dinikmati pada siang hari.Secara umum, Pasar Terapung Lok Baintan tak beda dengan Pasar Terapung di muara Sungai Kuin/Sungai Barito. Keduanya sama-sama pasar tradisional di atas jukung yang menjual beragam dagangan, seperti hasil produksi pertanian/perkebunan dan berlangsung tidak terlalu lama, paling lama sekitar tiga hingga empat jam.
Pasar terapung di muara Sungai Kuin/Sungai Barito aktivitasnya mulai sebelum subuh atau sekitar pukul 03.30 Wita hingga matahari beranjak naik sekitar pukul 06.30 Wita. Sementara di Lok Baintan, aktivitas pasar terapung mulai menjelang siang, sekitar pukul 07.00 Wita hingga jam 10.00 Wita.
Selain itu, Pasar Terapung Muara Kuin berada di hilir sungai yang lebar dan dalam, sedangkan pasar terapung di Lok Baintan berada pada kawasan hulu Sungai Martapura yang tidak sedalam dan selebar Sungai Barito.Untuk menuju obyek wisata Pasar Terapung Lok Baintan yang baru muncul atau diketahui khalayak luar daerah pada dekade 1990-an itu, bisa melalui jalan darat dari Banjarmasin ke arah Sungai Tabuk, melewati Jalan Martapura Lama/Jalan Veteran. Kalau jalan darat, bisa naik "taksi" atau angkutan pedesaan jurusan Sungai Tabuk-Banjarmasin ataupun ojek.
Bila naik mobil pribadi atau carter, maka di sekitar Jalan Veteran kilometer 11 harus turun dan naik ojek lagi menuju lokasi pinggir Sungai Martapura tempat aktivitas pasar terapung tersebut.Jika naik angkutan Pedesaan tarifnya sekitar Rp3.500 perorang dengan lama perjalanan sekitar 15 menit dari Terminal Induk-Jalan A.Yani Banjarmasin.Selain jalan darat, pelancong juga bisa menggunakan angkutan sungai, seperti naik klotok (perahu bermotor kecil) dengan rupa-rupa ukuran dari isi sekitar delapan orang hingga 14 orang.Pelancong bisa naik dari dermaga masjid Sungai Gardu di Jalan Veteran, dengan biaya carter sekitar Rp250.000 dan lama perjalanan sekitar dua jam.
Pemerintah Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan menjadikan lokasi pasar terapung Lok Baintan sebagai objek wisata nasional yang akan selalu dipromosikan ke berbagai daerah di tanah air dan mancanegera.
Bupati Banjar Ir Khairul Saleh kepada ANTARA di Banjarmasin, Kamis mengakui adanya keinginan tersebut, mengingat potensi pasar terapung untuk menjadi objek pariwisataan nasional begitu besar.Masalahnya kegiatan pasar terapung tersebut, termasuk unik dibandingkan objek wisata yang lain, seperti pasar terapung Desa Kuin Sungai Barito Banjarmasin yang sudah begitu dikenal luas.
Kelebihan pasar terapung Lok Baintan dibandingkan pasar terapung di Banjarmasin, adalah lama kegiatannya lebih panjang, kalau di Banjarmasin hanya sampai pukul 08:00 Wita sementara di Lok Baintan sampai pukul 10:00 Wita.
Kelebihan lain konsentrasi para pedagang dan pembeli di atas sungai yang menggunakan sarana jukung (sampan) di Lok Baintan di satu tempat, sementara di Banjarmasin terbagi dua dan agak terpencar.
Melihat waktu kegiatan pasar terapung Lok Baintan ini lebih panjang maka berpeluang lebih besar pula menjadi objek wisata yang banyak dikunjungi, tinggal bagaimana pemerintah beserta mayarakat bisa mempromosikan keberadaan objek tersebut.Untuk memudahkan akses ke objek wisata sungai Kabupaten Banjar tersebut, pihak Pemkab setempat akan membangunkan jalan darat hingga sampai ke lokasi objek wisata itu.
Dengan adanya jalan darat itu maka memudahkan pengunjung baik dari kota Banjarmasin ibukota propinsi, maupun dari Martapura ibukota kabupaten setempat, sebab selama ini ke arah objek ini hanya bisa dilewati melalui jalur sungai saja.
Selain jalan juga akan dibangunkan fasilitas lain seperti dermaga, tetapi pembangunan dermaga tersebut akan memperoleh bantuan dana dari Pemerintah Propinsi.
Lok Baintan, merupakan salah satu obyek wisata yang hendak dikembangkan Pemerintah Kabupaten Banjar.Pemerintah setempat juga melakukan pembinaan terhadap sejumlah obyek wisata andalan, seperti kawasan pendulangan intan tradisional, serta obyek wisata alam Lembah Kahung, yang termashyur dengan keindahan panorama alam kawasan Pegunungan Meratus yang masih lestari.
Lembah Kahung yang berada dekat kawasan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Riam Kanan, Kabupaten Banjar tersebut belakangan menjadi perhatian dan menjadi kegiatan pecinta alam atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang lingkungan hidup di Kalimantan Selatan






           
            Pasar terapung lok baintan (Kec.Sungai Tabuk-Kab.Banjar) yang hingga kini masih memancarkan pesona budaya masyarakat perairan yang menawan harus tetap dijaga dan dipertahankan agar tidak terjadi kemunduran /penurunan pesona (degradasi) dengan cara:
1.      Hindari adanya pasar darat yang berdekatan dengan pasar terapung
2.      Dibangunnya jalan lingkar utara agar dimanfaatkan untuk membuka akses menuju pasar Terapung Lokbaintan sehingga dapat memicu minat untuk berkunjung dan berbelanja di pasar terapung di antaranya dengan :
a.       Sediakan dermaga yang memadai dengan kapal kelotok untuk melayani menuju Lokbaintan
b.      Apabila ada jalan darat cukup untuk kendaraan roda dua saja
c.       Berikan petunjuk arah pada tempat yang strategis
3.      Berikan dorongan/rangsangan & motivasi (stimulus) kepada para pelaku pedagang Bajukung sebagai komponen utama pasar terapung dalam bentuk nyata seperti :
a.       Menyediakan barang dagangan untuk dijual berupa benda-benda cindera mata yang diminati wisatawan dan menguntungkan bagi pedagang
b.      Modal berdagang disertai pembinaan yang tepat sebagai pelaku usaha kecil (UKM)
c.       Memberikan bantuan jukung yang lebih memadai bagi pedagang bajukung dengan syarat yang ringan.

Kondisi Pasar terapung Lokbaintan dewasa ini :
a.       Jukung pedagang ukurannya terlalu kecil, namun harganya sekarang sudah semakin mahal. Kalau dibiarkan pedagang dengan kondisi jukung yang kecil, mudah tenggelam. Namun demikian,umumnya belum bisa membeli yang baru dan ukuran lebih besar
b.      Armada kelotok semakin berkurang, yang ada pun sekarang kondisinya sudah kurang memberikan kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan,termasuk pelayanan yang diberikan oleh para motoris.
c.       Wisatawan terkadang hanya melihat-lihat pasar terapung, jarang berbelanja.
d.      Pasar terapung Lokbaintan sangat spesifik gaya transaksinya yang bahanyut banyu dan menjual hasil kebun.
e.       Wisatawan ingin mendapatkan potret budaya penduduk local, jatidiri dan keaslian budaya masyarakat setempat mulai dipengaruhi globalisasi dan kemajuan di bidang teknologi komunikasi.
f.       Sungai dan anak sungai semakin tidak berfungsi sebagai jaringan transportasi air perkotaan, kondisinya makin sempit, kotor dan bau tidak sedap, jembatan yang terlalu rendah, bangunan rumah yang menjorok ke sungai dan pengurukan.
3.5  Pengembangan Pariwisata
Konsep Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sember daya pariwisata mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata. (swarbrooke 1996:99)
Terdapat beberapa jenis pengembangan, yaitu:
a.       Keseluruhan dengan tujuan baru, membangun atraksi di situs yang tadinya tidak digunakan sebagai atraksi.
b.      Tujuan baru, membangun atraksi pada situs yang sebelumnya telah digunakan sebagai atraksi.
c.       Pengembangan baru secara keseluruhan pada keberadaan atraksi yang dibangun untuk menarik pengunjung lebih banyak dan untuk membuat atraksi tersebut dapat mencapai pasar yang lebih luas, dengan meraih pangsa pasar yang baru.
d.      Pengembangan baru pada keberadaan atraksi yang bertujuan untuk meningkatkan fasilitas pengunjung atau mengantisipasi meningkatnya pengeluaran sekunder oleh pengunjung.
e.       Penciptaan kegiatan-kegiatan baru atau tahapan dari kegiatan yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain dimana kegiatan tersebut memerlukan modifikasi bangunan dan struktur.
Dalam pengembangan pariwisata diperlukan aspek-aspek untuk mendukung pengembangan tersebut. Adapun aspek-aspek yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
1.      Aspek Fisik
Menurut UU RI No. 23 Tahun 1997 dalam Marsongko (2001), lingkungan hidup adalahkesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhikelangsungan peri-kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Yang termasuk dalam lingkungan fisik berdasarkan olahan dari berbagai sumber, yaitu.
a.Geografi
Aspek geografi meliputi luas kawasan DTW, Luas area terpakai, dan juga batas administrasi serta batas alam. 
b.Topografi
Merupakan bentuk permukaan suatu daerah khususnya konfigurasi dan kemiringan lahanseperti dataran berbukit dan area pegunungan yang menyangkut ketinggian rata-rata dari permukaan laut, dan konfigurasi umum lahan
.c.Geologi
Aspek dari karakteristik geologi yang penting dipertimbangkan termasuk jenis materialtanah, kestabilan, daya serap, serta erosi dan kesuburan tanah.
d.Klimatologi
Termasuk temperatur udara, kelembaban, curah hujan, kekuatan tiupan angin, penyinaranmatahari rata-rata dan variasi musim.
e.Hidrologi
Termasuk di dalamnya karakteristik dari daerah aliran sungai, pantai dan laut seperti arus,sedimentasi, abrasi.
f.Visability
Menurut Salim (1985;2239), yang dimaksud dengan visability adalah pemandanganterutama dari ujung jalan yang kanan-kirinya berpohon (barisan pepohonan yang panjang).
g.Vegetasi danWildlife
Daerah habitat perlu dipertimbangkan untuk menjaga kelangsungan hidup vegetasi dankehidupan liar untuk masa sekarang dan akan datang. Secara umum dapat dikategorikansebagai tanaman tinggi, tanaman rendah (termasuk padang rumput) beserta spesies-spesiesflora dan fauna yang terdapat di dalamnya baik langka, berbahaya, dominan, produksi,konservasi maupun komersial.
1.Aspek Daya Tarik
 Pariwisata dapat berkembang di suatu tempat pada dasarnya karena tempat tersebutmemiliki daya tarik, yang mampu mendorong wisatawan untuk datang mengunjunginya.Murray (1993) di dalam Gunn (1979;50) menyebutkan
“… a thing or feature which draws people by appealing to their desires, taste, etc. Especially an interesting or amusing exhibitionwhich ‘draws’ crowds”.
Gunn (1979;48) juga berpendapat bahwa
“attraction are the on-location places in region that not only provide the things for tourist to see and do but also offer the lure to travel”.
Menurut Inskeep (1991;77) daya tarik dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
a.Natural attraction :
berdasarkan pada bentukan lingkungan alami
b.Cultural attraction :
berdasarkan pada aktivitas manusia
c.Special types of attraction :
atraksi ini tidak berhubungan dengan kedua kategori diatas, tetapi merupakan atraksi buatan seperti
theme park, circus, shopping.
Yang termasuk dalam
natural attraction
diantaranya iklim, pemandangan, flora dan faunaserta keunikan alam lainnya. Sedangkan
cultural attraction
mencakup sejarah, arkeologi, religidan kehidupan tradisional.
2.Aspek Aksesibilitas
Salah satu komponen infrastruktur yang penting dalam destinasi adalah aksesibilitas.Aksesibilitas menurut Bovy dan Lawson (1998;107),
“... should be possible by public transport and bicycle trails, by pedesterian paths (from neighborhoods) and by cars (mainly families,with an average of three persons/car)”.
Akses yang bersifat fisik maupun non fisik untuk menuju suatu destinasi merupakan hal penting dalam pengembangan pariwisata. Aspek fisik yang menyangkut jalan, kelengkapanfasilitas dalam radius tertentu, frekuensi transportasi umum dari terminal terdekat.Menurut Bovy dan Lawson (1998;202), jaringan jalan memiliki dua peran penting dalamkegiatan pariwisata, yaitu :
a.Sebagai alat akses,transport  komunikasi antara pengunjung atau wisatawan denganatraksi rekreasi atau fasilitas.
b.Sebagai cara untuk melihat-lihat (sightseeing) dan menemukan suatu tempat yangmembutuhkan perencanaan dalam penentuan pemandangan yang dapat dilihat selama perjalanan.Pada peran kedua, menunjukan aspek non fisik yang juga merupakan faktor penting dalammendukung aksesibilitas secara keseluruhan, dapat berupa keamanan sepanjang jalan, danwaktu tempuh dari tempat asal menuju ke destinasi.Lebih lanjut Bovy dan Lawson (1998;203) membagi jalan untuk kepentingan wisatawanmenjadi tiga kategori, yaitu :
a.Jalan Utama yang menghubungkan wilayah destinasi utama dengan jaringan jalan nasional atau jalan utama di luar kawasan.
 b.Jalan Pengunjung, yaitu jalan sekunder yang biasanya beraspal (makadam) ataupun gravel yang menghubungkan dengan fasilitas wisata yang spesifik seperti
resort 
, hotel yang terpisah,restoran atau atraksi rekreasi lainnya.
c.Sirkuit Pengunjung, untuk kegiatan melihat-lihat dengan pemandangan yang menarik disepanjang jalannya.1.Aspek Aktivitas dan Fasilitas
Dalam pengembangan sebuah objek wisata dibutuhkan adanya fasilitas yang berfungsisebagai pelengkap dan untuk memenuhi berbagai kebutuhan wisatawan yang bermacam-macam. Menurut Bukart dan Medlik (1974;133), fasilitas bukanlah merupakan faktor utamayang dapat menstimulasi kedatangan wisatawan ke suatu destinasi wisata, tetapi ketiadaanfasilitas dapat menghalangi wisatawan dalam menikmati atraksi wisata. Pada intinya, fungsifasilitas haruslah bersifat melayani dan mempermudah kegiatanatau aktivitas 
pengunjung/wisatawan yang dilakukan dalam rangka mendapat pengalaman rekreasi.Di samping itu, fasilitas dapat pula menjadi daya tarik wisata apabila penyajiannyadisertai dengan keramahtamahan yang menyenangkan wisatawan, dimana keramahtamahandapat mengangkat pemberian jasa menjadi suatu atraksi wisata. Bovy dan Lawson (1979;9)menyebutkan bahwa fasilitas adalah atraksi buatan manusia yang berbeda dari daya tarik wisatayang lebih cenderung berupa sumber daya.2.Aspek Sosia Ekonomi dan BudayaDalam analisa sosial ekonomi membahas mengenai mata pencaharian penduduk,komposisi penduduk, angkatan kerja, latar belakang pendidikan masyarakat sekitar, dan penyebaran penduduk dalam suatu wilayah. Hal ini perlu dipertimbangkan karena dapatmenjadi suatu tolak ukur mengenai apakah posisi pariwisata menjadi sektor unggulan dalamsuatu wilayah tertentu ataukah suatu sektor yang kurang menguntungkan dan kurang selarasdengan kondisi perekonomian yang ada.Selanjutnya adalah mengenai aspek sosial budaya, dimana aspek kebudayaan dapatdiangkat sebagai suatu topik pada suatu kawasan. Dennis L. Foster menjelaskan mengenaiPengaruh Kebudayaan (cultural influences) sebagai berikut : “Para pelaku perjalanan tidak membuat keputusan hanya berdasarkan pada informasi pemrosesan dan pengevaluasian.Mereka juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, masyarakat, dan gaya hidupnya. Kebudayaanitu cenderung seperti pakaian tradisional dan kepercayaan pada suatu masyarakat, religi, ataukelompok etnik (ethnic group)”.

Pengembangan dan Kelestarian Pasar Terapung
            Objek wisata sebenarnya memerlukan pengembangan dalam pengertian yang khusus agar objekwisata tetap laku dijual sebagaimana produk industri. Produk wisata alamiah sangat spesifik  karena memerlukan prasarana dari sector modern, tetapi harus tetap trampil dalam keasliannya.  Konsepsi ini sering mengakibatkan keliru dalam penanganannya. Kehulu memang memerlukan sektor modern, tetapi ke hilir tampak lebih memerlukan dukungan sektor tradisional. Dari sinilah munculnya prinsip pengembangan berwawasan kelestarian lingkungan.
Dari aspek prasarana yang memerlukan pembangun terprogam ialah:
1.      Tempat parkir mobil
2.      Lorong menuju pelabuhan Pasar Terapung
3.      Rumah di atas rakit
4.      Pintu gerbang masuk
5.      Puskemas di atas air
Sedangkan dari aspek sarana yang memerlukan pengembangan ialah:
1.      Jukung, perahu, klotok, dan speedboat yang disewakan sebagai sarana rekreasi.
2.      Jukung, perahu, dan klotok yang digunakan sebagai wadah berjualan di atas air.
3.      Sesuatu yang bisa dikerjakan, dilihat dan dibeli disekitar kawasan wisata.
Dari aspek kelestarian yang menjadi prioritas adalah bagaimana merekonstruksi penampilan Pasar Terapung dengan segala kelengkapannya masa lalu disajikan masa sekarang bagi masa depan. Sangat pentingnya pengembangan dan kelestarian Pasar Terapung sebagai “Pasar” objek wisata, dan atraksi wisata secara totalitas adalah “jumlah perahu, jukung, klotok dan speedboat yang ada di pasar itu yang dampak negatifnya adalah nol.
Eksistensi Pasar Terapung dari aspek lokasi bisa juga dikaji dengan konsep orbitasi yaitu analisa konsentrasi pedagang Pasar Terapung menuju lokasi. Adanya hambatan diperjalanan, munculnya pusat pertumbuhan baru, atau pilihan pekerjaan yang lebih baik akan mengurangi kedatangan pedagang yang meramaikan Pasar Terapung atau pengunjung yang berbelanja.




BAB IV
PENUTUP


Kesimpulan
Pasar Terapung Lok Baintan adalah sebuah pasar terapung tradisional yang berlokasi di desa Sungai Pinang (Lok Baintan), kecamatan Sungai Tabuk, Banjar, Kalimantan Selatan. Di pasar ini, para pedagang dan pembeli melakukan aktivitas jual beli di atas perahu tradisonal. Perahu tersebut biasa disebut dengan nama jukung. Adapula jenis kapal bermotor yang ikut meramaikan aktivitas pasar ini, yakni klotok.Pasar Terapung Lok baintan merupakan salah satu bentuk pola interaksi jual beli masyarakat yang hidup di atas air
Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk, sesuatu yang unik dan langka
Salah satu keunikan dari Pasar Terapung adalah desak-desakan antara perahu besar dan perahu kecil yang mencari pembeli, serta penjual yang bersliweran kesana kemari. Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang bersarkan barang dagangan
Untuk menuju pasar terapung Lok Baintan dari pusat kota bisa ditempuh dengan dua alternatif. Alternatif pertama menyusuri sungai Martapura dengan menggunakan klotok, sejenis sampan bermesin. Dengan klotok, perjalanan dari pusat kota menuju pasar terapung terbilang Lambat karena membutuhkan waktu 60 menit. Alternatif kedua dengan menggunakan kendaraan darat seperti mobil. Namun, untuk alternatif kedua membutuhkan waktu lebih panjang yakni satu jam untuk mencapai pasar terapung. Hal itu disebabkan medan perjalanan yang cenderung berat dan berliku-liku.




LAMPIRAN

Pada Saat Di Dermaga Museum Wasaka




Pada Saat di Kapal








Pada saat di perjalanan, petunjuk arah menuju pasar terapung Lok baintan
 
                   




Pada Saat Di Perjalanan





Pasar Terapung Lokbaintan






Keadaan pasar terapung Lok baintan





Pengunjung Pasar terapung Lok Baintan
Interaksi dengan penduduk Lokal sekitar pasar terapung Lok baintan





Interaksi dengan pedagang pasar terapung Lok Baintan





Berakhirnya aktifitas pasar terapung Lok baintan

Foto Bersama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar