Kata Pengantar
Dengan memanjatkan puji dan syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Geografi Budaya Dan Pariwisata
yang telah membantu dalam penyelesaian dari pada makalah ini.
Penulis menyadari sesungguhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah yang akan
datang.
Akhirnya penulis mengucapkan terima
kasih dan berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Banjarmasin, April 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota
Banjarmasin merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang terletak di salah
satu pulau terbesar di Indonesia yaitu Kalimantan. Banjarmasin yang masuk ke
dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan ini, memiliki luas sekitar 72 km2
atau sekitar 0,22% luas wilayah Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin dibelah oleh sungai
Martapura dan memberikan ciri khas tersendiri terhadap kehidupan masyarakatnya
terutama pemanfaatan sungai sebagai sarana
transportasi air, perdagangan dan pariwisata. Banjarmasin yang merupakan ibukota propinsi
Kalimantan Selatan selain sebagai kawasan pemukiman juga merupakan pusat
perdagangan dan pariwisata. Kota ini mendapat julukan Kota Air karena memiliki
103 sungai dan pada saat pasang letak daratan berada 0.16 m di bawah permukaan air laut. Kota ini memiliki
banyak lokasi wisata dan salah satu objek wisata air yang terkenal di
Banjarmasin adalah pasar terapung. Keberadaan pasar terapung ini, konon, tak lepas dari sejarah
berdirinya Kota Banjarmasin. Pada tahun 1526, Sultan Suriansyah mendirikan
kerajaan di tepian sungai Kuin dan Barito yang hiruk pikuk pasar terapung di
Banjarmasin memang merupakan daya tarik tersendiri. kemudian menjadi cikal
bakal berdirinya kota Banjarmasin. Di tepian sungai ini pula pusat perdagangan
di Banjarmasin dimulai. Selain pasar terapung di Kuin Banjarmasin, pasar
terapung lain dapat dijumpai di Lok Bintan, yang berada di atas sungai
Martapura di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Pasar terapung Lok Baintan
memang belum sepopuler pasar terapung Kuin di Banjarmasin. Mungkin karena
lokasinya yang cukup jauh dari pusat kota, sehingga wisatawan lebih suka
singgah di pasar terapung Kuin.
1.2 Tujuan
Penelitian
1. Untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang bersifat teori dan prakteknya
2. Menganalisis
kondisi fisik, sosial budaya, dan ekonomi pasar terapung Lok Baintan
3. Mengetahui
potensi wisata pasar terapung Lok Baintan
4. Mengetahui
pengembangan pasar terapung Lok Baintan
1.3 Manfaat Penelitian
1. Sebagai
sarana pendidikan dan menambah pengalaman budaya di kawasan pasar terapung.
1.4 Dasar Teori
Pasar
Terapung Lok Baintan adalah sebuah pasar terapung tradisional yang berlokasi di desa Sungai
Pinang (Lok Baintan), kecamatan Sungai Tabuk, Banjar.Secara
umum, Pasar Terapung Lok Baintan tak beda dengan Pasar Terapung di muara Sungai Kuin/Sungai Barito.Keduanya
sama-sama pasar tradisional di atas jukung yang menjual beragam dagangan, seperti
hasil produksi pertanian/perkebunan dan berlangsung tidak terlalu lama, paling
lama sekitar tiga hingga empat jam.Di sepanjang pesisir aliran Sungai Martapura
Lokbaintan terlihat konvoi perahu menuju lokasi pasar terapung. Perahu ini
milik pedagang dan petani yang akan memasarkan hasil kebun mereka. Mereka
berasal dari berbagai anak Sungai Martapura, seperti Sungai Lenge, Sungai
Bakung, Sungai Paku Alam, Sungai Saka Bunut, Sungai Madang, Sungai Tanifah, dan
Sungai Lok Baintan.
Untuk menuju pasar terapung Lok
Baintan dari pusat kota bisa ditempuh dengan dua alternatif. Alternatif pertama
menyusuri sungai Martapura dengan menggunakan klotok, sejenis sampan bermesin.
Dengan klotok, perjalanan dari pusat kota menuju pasar terapung terbilang cepat
karena membutuhkan waktu 30 menit. Alternatif kedua dengan menggunakan
kendaraan darat seperti mobil. Namun, untuk alternatif kedua membutuhkan waktu
lebih panjang yakni satu jam untuk mencapai pasar terapung. Hal itu disebabkan
medan perjalanan yang cenderung berat dan berliku-liku.
Aktivitas pasar terapung dimulai pada
pukul 07.00 Wita
sampai dengan 10.00 Wita.
mereka menjual berbagai dagangan, seperti sayur-mayur, buah-buahan, kue-kue
tradisional, dan lain-lain. Yang menarik dari pasar terapung adalah sistem pertukaran
barang. Di pasar terapung tidak menjadikan uang sebagai alat transaksi utama.
Pasalnya, penjual dan pembeli dalam pasar terapung masih menerapkan sistem
barter.
Umumnya, dagangan yang akan dibarter
adalah hasil bumi berupa sayur mayur dan buah-buahan. Besaran dan keberimbangan
jumlah hasil barter tergantung kesepakatan antarkedua belah pihak. Jika
sepakat, maka masing-masing akan mendapatkan barang sesuai keinginan dan
selanjutnya digunakan untuk keperluan pribadi di rumah.
BAB
II
HASIL
PENGAMATAN
A.
Pasar
terapung
Pasar Terapung Lok Baintan
adalah sebuah pasar terapung tradisional yang
berlokasi di desa Sungai Pinang (Lok Baintan),
kecamatan Sungai Tabuk, Banjar, Kalimantan
Selatan. Di pasar ini, para pedagang dan pembeli melakukan aktivitas jual beli
di atas perahu tradisonal. Perahu tersebut biasa disebut dengan nama jukung.
Adapula jenis kapal bermotor yang ikut meramaikan aktivitas pasar ini, yakni klotok.
Pasar Terapung Lok baintan merupakan salah satu bentuk pola
interaksi jual
beli masyarakat
yang hidup di atas air. Pasar ini dimulai setelah matahari terbit dan akan
berakhir ketika menginjak
siang hari sekitar pukul 10.00 pagi. Apabila lewat dari jam tersebut, maka
sudah dapat dipastikan bahwa pasar bakal sepi. Hal ini dikarenakan para
pedagang telah berpencar menyusuri sungai-sungai kecil, untuk menjual barang
dagangnya kepada penduduk yang rumahnya berada di bantaran sungai.
Pasar terapung ini sudah ada lebih dari 400 tahun lalu
dan merupakan sebuah bukti aktivitas jual-beli manusia yang hidup di atas air.
Seperti halnya pasar-pasar yang ada di daratan, di pasar terapung ini
juga dilakukan transaksi jual beli barang seperti sayur-mayur, buah-buahan,
segala jenis ikan, dan berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya. Pembelian dari
tangan pertama disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli
dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan.
Namun sayang, kondisi aktraktif aktivitas jual-beli di
atas perahu tersebut semakin lama semakin pudar pamornya, baik karena
jumlah jumlah pedagang yang semakin sedikit, sikap penjual yang tidak
lagi cukup bersahabat, ataupun kurangnya dukungan dari pemerintah Kota
Banjarmasin. Kebijakan pemerintah membangun pasar di darat dekat dengan Pasar
Terapung Lok
Baintan dan pembangunan ratusan jembatan rendah yang
menghalangi akses lalu lintas sungai, baik langsung atau tidak, merupakan
salah satu penyebab semakin memudarnya aktivitas jual-beli di floating
market ini.
B. Keistimewaan
Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi
transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar
disebut bapanduk, sesuatu yang unik dan langka.
Mengunjungi Pasar Terapung Lok baintan akan memberikan kenangan tak
terlupakan tentang bagaimana masyarakat yang hidup di atas air memenuhi
kebutuhan hidupnya. Selain itu, pengunjung juga akan mengetahui pola
transaksi jualbeli yang telah berumur lebih dari 400 tahun. Oleh
karenanya, pasar ini menjadi saksi bisu perjalanan aktivitas ekonomi masyarakat
Kalimantan Selatan.
Sehubungan
denngan hal tersebut, maka muncul pameo belum ke Banjarmasin jika belum
mengunjungi Floating Market Muara Kuin.
Salah satu keunikan dari Pasar Terapung adalah
desak-desakan antara perahu besar dan perahu kecil yang mencari pembeli, serta
penjual yang bersliweran kesana kemari. Pasar terapung tidak memiliki
organisasi seperti pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah
pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang bersarkan barang dagangan.
Suasana berdesak-desakan antara perahu besar di
pasar terapung ini cukup unik dan khas. Para pengemudi jukung dengan
mahirnya mengayuh dan mengejar pembeli atau penjual yang berseliweran kian
kemari. Bagi wisatawan yang datang dari kota-kota besar, akan merasakan sensasi
tersendiri ketika mengamati pedagang wanita dengan topi lebarnya
berperahu menjual hasil kebun atau makanan olahannya sendiri.
Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti
pada pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan
pengunjung, pembagian pedagang berdasarkan barang dagangan, dan tempat
berjualan yang selalu berpindah-pindah.
Bagi pengunjung yang hanya ingin bersantai, bisa
menikmati secangkir teh atau kopi, plus makanan/kue khas Banjar, sembari
menikmati goyangan ombak yang menerpa klotok yang ditumpangi. Pengunjung
juga dapat menyaksikan rumah-rumah terapung (Rumah Lanting) yang berada
di sepanjang pinggiran sungai.
C. Lokasi
Pasar Terapung Lok Baintan
adalah sebuah pasar terapung tradisional yang
berlokasi di desa Sungai Pinang (Lok Baintan),
kecamatan Sungai Tabuk, Banjar, Kalimantan
Selatan.
D.
Akses
Jika berangkat dari Musium wasaka Banjarmasin dengan menggunakan perahu
mesin atau yang biasa disebut klotok, diperlukan waktu sekitar 45 sampai 1 jam menit
untuk menuju pasar terapung
Lok baintan. pengunjung bisa mencarter klotok dengan harga Rp 250.000 (tergantung
bisa tidaknya pencarter menawar harga).
E. Tiket Masuk
Tidak ada biaya
masuk
F. Akomodasi
dan fasilitas lainnya.
Di tempat ini
tersedia tempat penyewaan perahu klotok, rumah makan, warung-warung penjual
makanan dan minumana ringan. Selain itu,
G. Kondisi Umum Pasar Terapung
Pasar Terapung Lok Baintan adalah sebuah pasar terapung tradisional yang berlokasi di desa Sungai
Pinang (Lok Baintan), kecamatan Sungai Tabuk, Banjar.Secara
umum, Pasar Terapung Lok Baintan tak beda dengan Pasar Terapung di muara Sungai Kuin/Sungai Barito.Keduanya
sama-sama pasar tradisional di atas jukung yang menjual beragam dagangan,
seperti hasil produksi pertanian/perkebunan dan berlangsung tidak terlalu lama,
paling lama sekitar tiga hingga empat jam.Di sepanjang pesisir aliran Sungai
Martapura Lokbaintan terlihat konvoi perahu menuju lokasi pasar terapung.
Perahu ini milik pedagang dan petani yang akan memasarkan hasil kebun mereka.
Mereka berasal dari berbagai anak Sungai Martapura, seperti Sungai Lenge, Sungai
Bakung, Sungai Paku Alam, Sungai Saka Bunut, Sungai Madang, Sungai Tanifah, dan
Sungai Lok Baintan.
Untuk
menuju pasar terapung Lok Baintan dari pusat kota bisa ditempuh dengan dua
alternatif. Alternatif pertama menyusuri sungai Martapura dengan menggunakan
klotok, sejenis sampan bermesin. Dengan klotok, perjalanan dari pusat kota
menuju pasar terapung terbilang Lambat karena membutuhkan waktu 60
menit. Alternatif kedua dengan menggunakan kendaraan darat
seperti mobil. Namun, untuk alternatif kedua membutuhkan waktu lebih panjang
yakni satu jam untuk mencapai pasar terapung. Hal itu disebabkan medan
perjalanan yang cenderung berat dan berliku-liku.
H. Suasana dan Kegiatan Pasar
Pasar terapung ini mulai dari jam 06.00 sampai
dengan jam 09.00 pagi saat matahari mulai terbit. Pedagang dan pembeli yang ada
di pasar ini semua menggunakan kapal perahu jukung. Untuk dapat menyaksikan
pasar ini pengunjung harus menggunakan perahu. Pengunjung dapat menyewa perahu
yang disediakan oleh masyarakat disekitar dermaga wisata. Dengan menyaksikan panoramanya,
wisatawan seakan-akan sedang tamasya. Jukung-jukung dengan sarat muatan barang
dagangan sayur mayur, buah-buahan, segala jenis ikan dan berbagai kebutuhan
rumah tangga tersedia di pasar terapung. Setelah pulang dari pasar terapung
biasanya para pedagang menjual sisa barang dagangannya menyusuri sungai-sungai
sambil menuju rumah masing-masing.
Salah satu hal yang menarik di pasar ini yaitu para
pedagang aktif mendekati calon pembelinya. Bahkan tidak jarang antara perahu
saling bersenggolan satu sama lain. Selain bahan makanan pokok sehari-hari, di
pasar ini juga terdapat pedagang yang menjual jajanan khas Banjarmasin. Jadi,
pengunjung yang telah selesai berbelanja dan melihat-lihat suasana pasar bisa
menikmati
jajanan
dan minuman yang dijual.
I. Pedagang Pasar Terapung
Seperti pasar pada umumnya, di pasar terapung juga
terdapat pedagang yang sehari-harinya menjual barang dagangan. Namun, berbeda
dengan pasar biasa, pada pasar terapung pedagang menjual barang dagangannya
dengan menggunakan perahu. Pedagang pasar terapung berasal dari berbagai daerah
disekitar aliran sungai Martapura seperti Lok Baintan dalam, Sungai Lulut, dan
sebagainya. Mereka yang berjualan disini umumnya para wanita paruh baya yang
masih memegang erat kebudayaan sungai. Barang dagangan yang dijualpun beraneka
ragam layaknya pasar tradisional yang berada didarat seperti berbagai macam
hasil bumi, ikan hasil tangkapan di sungai hingga aneka macam penganan khas
Banjarmasin. Namun disini terdapat sedikit perbedaan karena umumnya para
pedagang berbagai macam hasil bumi melayani penjualan kepada pembeli dalam
jumlah yang besar (per keranjang), karena mereka mengaku tidak mau berlama-lama
menyimpan barang dagangan mereka karena takut akan resiko kebusukan.Uniknya,
pasar terapung Lok Baintan tidak hanya didominasi oleh kegiatan transaksi
jual-beli yang dilakukan oleh pedagang kepada para pengunjung, namun terdapat
sistem barter yang dilakukan oleh sesama penjual.
J.
Pengunjung Pasar Terapung
Sampai saat ini, pasar terapung masih menjadi salah
satu objek wisata yang masih sering dikunjungi oleh para wisatawan baik
wisatawan asing maupun
lokal.
Umumnya pengunjung yang datang ke pasar tepung datang secara beramai-ramai, hal
ini dikarenakan biaya sewa perahu yang cukup mahal. Pengunjung yang datang
biasanya berasal dari kalangan pegawai pemerintah dan swasta, kalangan
akademisi dalam hal ini mahasiswa. Banyak pula masyarakat lokal yang
sengaja
datang ke pasar terapung untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, biasanya
mereka menggunakan perahu milik pribadi.
Aktivitas
yang dilakukan oleh pengunjung pada umumnya, yaitu berwisata seperti
berputar-putar mengelilingi pasar terapung, makan sambil menikmati suasana
pasar yang ramai, berfoto-foto. Karena pengunjung yang datang ke pasar terapung
cukup beragam, seharusnya pasar terapung ini dikembangkan menjadi wisata yang
bersifat universal yang dibatasi oleh aspek-aspek budaya yang terkandung dalam
didalamnya. Dengan kata lain, penataan fasilitas, aktifitas dan objek wisata
bisa lebih dinikmati oleh semua kalangan. Selain kelompok pengunjung diatas,
terdapat pula kelompok pengunjung lokal maupun internasional dari kalangan
akademisi yang datang dengan tujuan pendidikan diantaranya untuk keperluan
studi maupun penelitian. Kelompok pengunjung ini melakukan pengamatan dan
penelitian mengenai sejarah pasar terapung, mekanisme pasar dan mengenai
pengaruh budaya lokal terhadap perkembangan pasar terapung. Untuk mengakomodasi
kegiatan ini, seharusnya disediakan suatu tempat khusus sebagai konsentrasi
dari kegiatan ini.
Untuk menunjang kegiatan ini sebaiknya disediakan
sebuah museum atau pusat informasi yang khusus menyediakan informasi mengenai
pasar terapung. Pengunjung yang datang ke kawasan pasar terapung sejauh ini
cukup merasa puas bisa menikmati pemandangan pasar yang lain dari pada yang
lain. Pemandangan pasar terapung yang masih alami menjadi salah satu
kepuasan tersendiri yang didapat oleh
para pengunjung yang tidak bisa didapatkan ditempat lain. Akan tetapi kurangnya
fasilitas penunjang yang terdapat di kawasan terapung ini menyebabkan wisatawan
kurang merasa puas. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kepuasan para
pengunjung perlu adanya perbaikan fasilitas. Sebagian besar pengunjung berharap
adanya penataan dan manajemen yang lebih baik bagi pasar terapung ini. Selain
itu diharapkan juga adanya perbaikan penataan kawasan pemukiman dan perusahaan
pengolahan kayu yang ada disekitar pasar terapung. Akses menuju lokasi pasar
terapung juga menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan, karena saat ini
keindaahan pasar terapung hanya bisa dinikmati melalui perahu saja sedangkan
masyarakat maupun pengunjung yang ingin menikmatinya dari daratan masih sulit.
Hal ini dikarenakan banyaknya pemukiman dan perusahaan pengelolaan kayu yang menghalangi
pemandangan ke arah pasar terapung. Pemerintah dan masyarakat lokal juga
mengaharapkan adanya peran serta yang lebih bagi masyarakat lokal. Masyarakat
sekitar yeng bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang diharapkan bias
berperan aktif dalam pengembangan kawasan ini. Masyarakat yang berprofesi
sebagai petani dapat menjual barang hasil taninya di pasar terapung, kelompok
masyarakat pedang bisa menyediakan kios-kios yang khusus menjual cinderamata
khas Banjarmasin. Selain itu, masyarakat lainnya juga dapat berperan dengan
menyediakan penginapan atau homestay bagi para pengunjung dari jauh. Hal
tersebut tentunya diharapkan dapat meningkatkan tingkat kepuasan pengunjung dan
dapat menambah penghasilan masyarakat setempat.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Pariwisata
Pariwisata berasal dari
dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar
atau lengkap. Sedangkan wisata
dapat diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim
dengan kata ”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata
”Pariwisata” dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali
atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa
Inggris disebut dengan ”Tour”. (Yoeti, 1991:103).
Pariwisata atau turisme adalah
suatu perjalanan yang dilakukan
untuk rekreasi
atau liburan,
dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak
sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi
oleh Organisasi Pariwisata Dunia.
Pariwisata merupakan keseluruhan kegiatan, proses dan
kaitan-kaitan yang berhubungan dengan perjalanan dan persinggahan dari orang-orang
di luar tempat tinggalnya serta tidak dengan maksud mencari nafkah.
Kepariwisataan merupakan keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha, dan
masyarakat yang ditujukan untuk menata kebutuhan perjalanan dan persinggahan.
Definisi
yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa.
Mereka menangani jasa mulai dari transportasi,
jasa keramahan, tempat
tinggal, makanan, minuman, dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi,
keamanan,
dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan
pengalaman baru dan berbeda lainnya.
Banyak
negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan
pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu
pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai
oleh Organisasi
Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah
wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada
orang non-lokal.
Menurut
Undang Undang No. 10/2009
tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Pariwisata
dalam artian modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang
didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaan yang
sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan khususnya disebabkan
oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyraakat manusia
sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta
penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan (E. Guyer Freuler)
·
DEFINISI
PARIWISATA MENURUT PARA AHLI
ü Menurut A.J. Burkart dan S. Medik (1987)
Pariwisata adalah perpindahan orang
untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat
dimana mereka biasanya hlidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama
tinggal di tempat-tempat tujuan itu.
ü Menurut Hunziger dan krapf
pariwisata adalah keserluruhan
jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing disuatu
tempat dengan syarat orang tersebut tidak melakukan suatu pekerjaan yang
penting (Major Activity) yang memberi keuntungan yang bersifat permanent maupun
sementara.
ü Menurut Prof. Salah Wahab dan Oka A Yoeti (1994)
Pariwisata dalah suatu aktivitas
manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian
diantara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri/ diluar negeri, meliputi
pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan
yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia
memperoleh pekerjaan tetap.
ü Menurut Soetomo (1994)
Wisata adalah perjalanan keliling
selama lebih dari tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan
di dalam kota dan acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai tempat atau
kota baik di dalam maupun di luar negeri.
ü
Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan
Wisata
adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan
secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik
wisata.
Jadi pengertian
wisata itu mengandung unsur yaitu :
Ø
Kegiatan perjalanan
Ø
Dilakukan secara sukarela
Ø
Bersifat sementara
Ø
Perjalanan itu seluruhnya atau
sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
ü
Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar ( 2000)
Pariwisata
adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang
diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula,
dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari
nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan
pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
ü Menurut H.Kodhyat (1983)
Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat
yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai
usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan
hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
ü Menurut James J.Spillane
(1982)
Pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan
tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu,
memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas,
berziarah dan lain-lain.
ü
Menurut Keputusan R. I. No. 19 tahun 1969
Kepariwisataan
adalah “ merupakan kegiatan jasa yang memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan
hidup yang khas, seperti hasil budaya, peninggalan sejarah, pemandangan alam
yang indah dan iklim yang nyaman.”
ü
Menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant
Gupta dalam Oka A.Yoeti (1992)
Pariwisata
adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan,
bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik
dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya.
ü
Menurut pendapat Anonymous (1986)
Pariwisata adalah kegiatan seseorang dari
tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan perbedaan pada waktu
kunjungan dan motivasi kunjungan.
ü
Menurut Yoeti, (1991)
Pariwisata
berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai
banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat
diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan
kata ”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata ”Pariwisata”
dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau
berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa Inggris
disebut dengan ”Tour”.
ü
Menurut RG. Soekadijo (1997)
Pariwisata
ialah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.
ü
Menurut Herman V.Schularad
Pariwisata
adalah sejumlah kegiatan terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan
perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya,adanya pendiaman
dan bergeraknya orang-orang keluar masuk suatu kota atau daerah dan negara.
ü Suyitno (2001) tentang
Pariwisata sebagai berikut:
Ø Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali ke tempat
asalnya.
Ø Melibatkan
beberapa komponen wisata,
misalnya sarana transportasi, akomodasi, restoran, obyek wisata, souvenir dan
lain-lain.
Ø Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan
Ø Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat memberikan kontribusi
pendapatan baga masyarakat atau daerah yang dikunjungi, karena uang yang
idbelanjakannya dibawa dari tempat asal.
ü Menurut Tap MPRS tahun 1960
Kepariwisataan adalah “suatu cara
untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberikan hiburan rohani dan jasmani,
setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah
lain (wisatawan nusantara) atau negara- negara lain (wisatawan mancanegara)
3.2 Wisata
Pasar Terapung Lok Baintan
Pasar dalam arti sempit adalah
tempat dimana permintaan dan penawaran bertemu, dalam hal ini lebih condong ke
arah pasar tradisional. Sedangkan dalam arti luas adalah proses transaksi
antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar
modern. Permintaan dan penawaran dapat berupa barang atau jasa (Anonim, 2009).
Sedangkan menurut Sinaga (2008) secara umum pasar mempunyai pengertian sebagai
tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Bagi produsen, posisi pasar
mempunyai arti yang besar, yaitu sebagai sumber untuk memperoleh uang dari
hasil transaksi di pasar. Sementara bagi konsumen, pasar dianggap sebagai
sumber untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya
penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli
secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya
terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh
penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari
seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging,
kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang
menjual kue-kue dan barang-barang lainnya (Anonim, 2009).
Pasar tradisional adalah yang dikelola secara
sederhana dengan bentuk fisiknya yang tradisional yang menerapkan sistem
transaksi tawar menawar secara langsung dimana fungsinya utamanya adalah untuk
melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan dan lainnya. Yang
berjualan dipasar ini terdiri dari Usaha Kecil dan Menengah dan pedagang kaki
lima. Harga di pasar tradisional ini mempunyai sifat yang tidak pasti, oleh
karena itu bisa dilakukan tawar menawar. Bila dilihat dari tingkat kenyamanan,
pasar tradisional pada umumnya kumuh dengan lokasi yang tidak tertata rapi.
Pembeli di pasar tradisional mempunyai perilaku yang senang bertransaksi dengan
berkomunikasi/dialog dalam penetapan harga, mencari kualitas barang, memesan
barang yang diinginkan, dan perkembangan harga-harga lainnya. Barang yang
dijual di pasar tradisional umumnya barang-barang lokal dan ditinjau dari segi
kualitas dan kuantitas, barang yang dijual di pasar tradisional dapat terjadi
tanpa melalui penyortiran yang ketat. Rantai distribusi pada pasar tradisional
terdiri dari produsen, distributor, sub distributor (pengecer), dan konsumen.
Kendala yang dihadapi pada pasar tradisional antara
lain system pembayaran ke distributor atau ke sub distributor dilakukan dengan
tunai, penjual tidak dapat melakukan promosi (statis) atau memberikan discount
komoditas. Penjual hanya dapat menurunkan barang yang kurang diminati
konsumen. Selain itu, dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kontinyuitas
barang, lemah dalam penguasaan teknologi dan manajemen sehingga melemahkan daya
saing (Anonim, 2009).
Pengertian
Pasar Terapung adalah sebagaimana layaknya pasar yang ada di darat, dimana
terdapat sejumlah pedagang yang menempati deretan tempat berdagang. Biasanya
mereka menjual sejumlah barang kebutuhan sehari-hari, dalam pengertian ini
dapat dikatakan Pasar Terapung adalah kongkrit atau nyata ada lokasinya dan ada
kegiatan perdagangan baik sebagai penjual maupun pembeli yang berasal dari
berbagai penjuru kota dan desa, pasar letaknya sangat strategis antara Kabupaten
Barito Kuala dan lalu lintas ke Kalimantan Tengah.
Pasar Terapung Lok Baintan adalah sebuah pasar terapung tradisional yang berlokasi di desa Sungai
Pinang (Lok Baintan), kecamatan Sungai Tabuk, Banjar.Secara
umum, Pasar Terapung Lok Baintan tak beda dengan Pasar Terapung di muara Sungai Kuin/Sungai Barito.Keduanya
sama-sama pasar tradisional di atas jukung yang menjual beragam dagangan, seperti
hasil produksi pertanian/perkebunan dan berlangsung tidak terlalu lama, paling
lama sekitar tiga hingga empat jam.Di sepanjang pesisir aliran Sungai Martapura
Lokbaintan terlihat konvoi perahu menuju lokasi pasar terapung. Perahu ini
milik pedagang dan petani yang akan memasarkan hasil kebun mereka. Mereka
berasal dari berbagai anak Sungai Martapura, seperti Sungai Lenge, Sungai
Bakung, Sungai Paku Alam, Sungai Saka Bunut, Sungai Madang, Sungai Tanifah, dan
Sungai Lok Baintan.
Pasar
di atas air yang kini disebut sebagai Pasar Terapung memang sudah berlangsung
lama. Ketika pemerintah menetapkan sektor pariwisata sebagai aset untuk
meningkatkan devisa negara, maka sejak tahun 1980-an Pasar Terapung ikut
mendapat perhatian untuk dijual kepada wisatawan baik domestik maupun wisatawan
mancanegara.
Pasar
Terapung kemudian menjadi terkenal menasional. Faksi-faksi yang berkepentingan
ikut memanfaatkan aset unik ini. Dalam perkembangan kemajuan pembangunan dan
teknologi hingga saat ini sudah pula tersedianya jalan darat yang menjangkau
pedesaan dan mudahnya mendapatkan kendaraan bermotor membuat adanya alternatif
lain untuk memasarkan barang dagangan dari pedesaan, maupun untuk membeli
barang keperluan lainnya.
3.3 Dampak Pariwisata
Dampak Sosial Pariwisata
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung
menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap
masyarakat setemapat. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energi dobrak yang
luar biasa, yang mampu membuat masyarakat setemapt mengalami metamorphose dalam
berbgai aspeknya.
Dampak pariwisata merupakan wilayah kajian yang a;ling
banyak mendapatkan perhatian dalam interratur, terutama dampak terhadap
masyarakat lokal. Di dalam pihak dampak pariwisata terhadap wisatawan atau asal
dari wisatawan belum banyak perhatian. Meskipun pariwisata juga menyentuh
berbagai aspek kehidupan masyarakat secara poitik, keamanan dan sebagainya.
Dampak pariwisata terhadap masyarakat dan daerah tujuan wisata yang banyak
mendapat ulasan adalah :
A. Dampak Terhadap Sosial – Ekonomi
Dampak
pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dapat dikatagorikan
menjadi delapan kelompok besar (cohen 1984) yaitu :
1. Dampak terhadap penerimaan devisa
2. Dampak terhadap kesempatan kerja
3. Dampak terhadap harga – harga
4. Dampak terhadap pendapatan
masyarakat
5. Dampak terhadap distribusi manfaat /
keutuntungan
6. Dampak terhadap kepemilikan dan
control
7. Dampak terhadap pembangunan pada
umumnya dan
8. Dampak terhadap pendapatan
pemerintah
B.
Dampak
Sosial Budaya
Secara
teoritikal - idialistis, antara dampak sosial dan dampak kebudayaan dapat
dibedakan. Namun demikian, Mathieson and Wall (1982 : 37 ) menyebutkan bahwa “
there is no clear distinction between sosial and cultural phenomena” sehingga
sebagaian para ahli mengabungkan dampak sosial dan dampak budaya di dalam
pariwisata selama ini lebih cenderung mengasumsikan bahwa akan terjadi
perubahan sosial budaya akibat kedatangan wisatawan. Dengan tiga asumsi yang
umum yaitu : (Martin . 1998 : 171) :
1. Perubahan dibawa sebagai akibat
adanya instruksi dari luar, umumnya dari sistem sosial budaya yang subordinat
terhadap budaya penerima yang lebih lemah.
2. Perubahan tersebut akan umumnya
destruktif bagi budaya indigenous :
3. Perubahan tersebut akan membawa pada
homogenisasi budaya.
Dimana
identitas etnik lokal akan tenggelam dalam bayangan sistem industry dengan
teknologi barat, birokarasi nasional dan multinasional, a,consumeroriented
economy, dan jet age lifestyle.
Secara
teoritis, Cohen (1984) mengelompokan dampak sosial budaya pariwisata ke dalam
sepuluh kelompok besar yaitu :
1. Dampak terhadap keterkaitan dan
keterlibatan antara masyarakat setempat dengan masyarakat yang lebih luas,
termasuk tingkat otonomi atau ketergantunganya
2.
Dampak
terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat.
3.
Dampak
terhadap dasar – dasar oranisasi / kelembagaan sosial.
4.
Dampak
terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata
5.
Dampak
terhadap ritme kehidupan masyarakat sosial masyarakat
6.
Dampak
terhadap pola pembagian kerja
7.
Dampak
terhadap strafikasi dan mobilitas sosial.
8.
Dampak
terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan .
9.
Dampak
terhadap meningkatkan penyimpangan – penyimpangan social
10.
Dampak
terhadap bidang kesenian dan adat istiadat
Dampak pariwisata terhadap bidang kesenian, adat istiadat
dan dampak keagamaan mungkin paling menarik untuk dibahas, karena aspek budaya
ini merupakan modal dasar pengembangan pariwisata. Pengaruh terhadap aspek- aspek
ini bisa terjadi secara langsung karena adanya proses komiditifikasi terhadap
berbagai aspek kebudayaan, atau terjadi secara tidak langsung melalui proses
jangka panjang.
Sementara
banyak khawatir terjadinya proses kehilangan otentisitas dalam budaya lokal.
Bagi Urry (1990), kebudayaan memang selalu beradaptasi, termasuk dalam
menghadapi pariwisata, dan di dalam proses tersebut tidak berarti makna atau
otentisitasnya otomatis hilang. Akutansi merupakan proses yang wajar dalam
setiap pertemuan antara budayanya.
Menurut Cohen (1988), terjadinya dampak negatif akibat
adanya komoditisasi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pariwisata telah
merusak atau menghancurkan kebudayaan lokal. Pariwisata secara tidak langsung
memaksa ekspresi kebudayaan lokal untuk di modifikasi. agar sesuai dengan
kebutuhan pariwista. Ekserasi budaya di komunikasikan agar dapat di jual kepada
wisatawan.
Untuk pariwisata Indonesia khususnya daerah Bali banyak yang
mengkhawatirkan akan terjadi pengikisan kebudayaan akibat kebudayaan asing yang
menyerbu masuk yang menyebabkan terjadinya pendangkalan terhadap kualitas kebudayaan
Bali serta hilangnya bentuk – bentuk sosial yang telah terbukti mampu menopang
integritas dengan kehidupan tradisional masyarakat.
Di Indonesia, pariwisata telah menampilkan peranananya
dengan nyata dalam memberikan kontribusi terhadap kehidupan ekomomi, sosial dan
budaya bangsa. Kesempatan kerja bagi orang – orang terampil di bidang ini makin
bertambah jumlahnya. Pendapatan Negara Negara dari sektor ini main baik,
kebudayaan bangsa makin memperoleh apresiasi. Pariwisata sebagai industri makin
berkembang, dibuktikan dengan makin banyaknya hotel. Pendidikan keterampilan
untuk keperluan tersebut, pesawat udara, gerbong kereta api, bis dan taksi
untuk keperluan wisatawan. Pariwisata sebagai ilmu akan tumbuhan apabila ia
dikembangkan dan dipelihara. Struktur dan fungsinya dapat di pelajarai dari
sejarah perkembangannya dan diluaskan ruang lingkupnya sehingga menjadi faktor
pendorong bagi kemajuan bangsa Indonesia yang memiliki potensi sangat besar.
Dampak Positif dan Negatif
Pariwisata :
A. Dampak Terhadap Ekonomi
1. Dampak Positif :
a. Terciptanya lapangan kerja
b. Meningkatkan devisa Negara
c. Meningkatakan pendapat daerah
khususnya daerah – daerah wisatawan
d. Mendorong bangkitnya industri
perhotelan (pembangunan)
e. Diversifikasi Usaha
f. Meningkatkan bursa saham (meningkatkan
aktifitas ekonomi)
g. Meningkatkan frekuensi penggunaan
alat – alat transportasi
2. Dampak Negatif
a. Timbulnya kesenjangan social
b. Timbuknya persaingan usaha
c. Menurunya nilai tukar rupiah
d. Harga barang melambung tinggi
e. Menurunnya lapangan pekerjaan di bidangnya
selain dunia pariwisata
B. Dampak Terhadap Budaya
1. Dampak Positif :
a. Percampuran budaya melalui informasi
dan teknologi
b. Percampuran Ras
c. Masyarakat terpacu untuk
melestarikan budayanya sebagai motivasi wisatawan untuk berwisata kedaerahan
d. Wisatawan terpacu untuk mempelajari
nilai – nilai budaya dari objek yang dikunjungi yang didapatkan ke Negara
asalnya sehingga objek wisata itu menjadi terkenal
2. Dampak Negatif
a. Perasaan tidak senang dari penduduk
karena kedatangan para wisatawan yang dianggap mengganggu ketengangan
masyarakat setempat
b. Peniruan budaya asing yang
berlebihan oleh masyarakat yang tidak sesuai dengan budaya masyarakat setempat
c. Lunturnya kebudayaan – kebudayaan
yang ada
d. Adannya komersialisasi kebudayaan
yang tujuan semata – mata untuk mencari keuntungan yang pada hakekatnya
mengurangi citra dan nilai upacara bagi penduduk yang bersangkutan
e. Komoditasi seni rupa yaitu adanya
kecenderungan pembeli yang pada akhirnya mengurangi penghayatan terhadap nilai
budaya tradisional
f. Masyarakat terpacu untuk mempelajari
bahasa asing sehingga bahasa daerah dilupakan
C. Dampak Terhadap Lingkungan
1. Dampak Positif
a. Timbuhnya niat untuk melestarikan
lingkungan dari masyarakat
b. Tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk
menciptakan lingkungan yang bersih.
c. Tumbuhannya kesadaran masyarakat
untuk menjaga keindahan lingkungan sehingga menarik minat wisatawan untuk
melakukan perjalanan pariwisata ke daerah wisata mereka
d. Mulai datangnya duta – duta asing
wisatawan
e. Meningkatkan fasilitas umumya untuk
kebutuhan wisatawan
f. Reboisasi (penghijauan)
2. Dampaik Negatif
a. Adanya pencemaran limbah akibat dari
limbah industri hotel
b. Timbulnya penyakit – penyakit asing
yang dibawa oleh para wisatawan di lingkungan pariwisata
c. Berkurangnya minat wisatawan untuk
mengunjungi objek wisata karena lingkungan yang tidak nyaman
d. Rusaknya lingkungan masyarakat
akibat pergaulan orang asing yang berlebihan
e. Sempitnya areal pertanian
f. Perburuan binatang secara liar
g. Berkurangnya lahan hijau
h. Timbulnya polusi seperti polusi
udara dan suara
i.
Terbangunnya
fasilitas – fasilitas perhotelnya yang tidak sesuai dengan daya dukung
lingkungan
j.
Penebangan
hutan secara liar
3.4 Potensi Pasar Terapung
Lokbaintan
|
Pasar Terapung Lok Baintan berada Sungai Lok Baintan - salah
satu anak sungai Martapura, dan masuk dalam wilayah Desa Sungai Pinang, Kec.
Sungai Tabuk, Kab. Banjar - Kalimantan Selatan. Lokasi pasar terapung Lok Baintan bisa dicapai melalui jalur darat
ataupun air dari kota Banjarmasin, jika berwisata ke Lok Baintan, akan lebih
berkesan jika kita melewati jalur air dengan menggunakan klotok (perahu).
Berbagai macam dagangan seperti sembako, sayuran, dan
berbagai jenis buah-buahan tersedia di sini, pada musim panen buah, aktifitas
di Pasar Terapung Lok Baintan
cenderung lebih ramai daripada saat musim panen padi, hal ini dikarenakan
ketika musim panen padi tiba, masyarakat setempat lebih banyak menghabiskan
waktu di sawah mereka. oh ya, satu lagi keistimewaan pasar terapung Lok Baintan
adalah masih berlakunya sistem barter (pertukaran barang)
Di Lok Baintan pengunjung juga bisa sarapan di atas klotok
yang bergerak pelan mengikuti arus sungai sambil menikmati suasana keramaian pasar terapung Lok Baintan. aktifitas
di Pasar Terapung Lok Baintan dimulai dari sekitar jam 8-9 pagi hingga jam
11-12 pagi, sedangkan puncak keramaian pasar biasanya terjadi antara jam 10-11
pagi. namun pada musim panen buah, aktifitas pasar dimulai lebih pagi [sekitar
jam 6-7]. hal ini berbeda dengan pasar terapung lain semisal di Sungai Kuin [Pasar Terapung Kuin] yang sudah
memulai aktifitasnya dari jam 3 pagi hingga matahari terbit atau sekitar jam 6
pagi.
Umumnya Pasar Terapung di Kalimantan hanya ramai saat subuh
hingga pagi hari. Namun tidak demikian dengan Pasar Terapung Lok Baintan. Pasar
terapung yang satu ini bisa dinikmati pada siang hari.Secara umum, Pasar
Terapung Lok Baintan tak beda dengan Pasar Terapung di muara Sungai Kuin/Sungai
Barito. Keduanya sama-sama pasar tradisional di atas jukung yang menjual
beragam dagangan, seperti hasil produksi pertanian/perkebunan dan berlangsung
tidak terlalu lama, paling lama sekitar tiga hingga empat jam.
Pasar terapung di muara Sungai Kuin/Sungai Barito
aktivitasnya mulai sebelum subuh atau sekitar pukul 03.30 Wita hingga matahari
beranjak naik sekitar pukul 06.30 Wita. Sementara di Lok Baintan, aktivitas
pasar terapung mulai menjelang siang, sekitar pukul 07.00 Wita hingga jam 10.00
Wita.
Selain itu, Pasar Terapung Muara Kuin berada di hilir sungai yang lebar dan dalam, sedangkan pasar terapung di Lok Baintan berada pada kawasan hulu Sungai Martapura yang tidak sedalam dan selebar Sungai Barito.Untuk menuju obyek wisata Pasar Terapung Lok Baintan yang baru muncul atau diketahui khalayak luar daerah pada dekade 1990-an itu, bisa melalui jalan darat dari Banjarmasin ke arah Sungai Tabuk, melewati Jalan Martapura Lama/Jalan Veteran. Kalau jalan darat, bisa naik "taksi" atau angkutan pedesaan jurusan Sungai Tabuk-Banjarmasin ataupun ojek.
Selain itu, Pasar Terapung Muara Kuin berada di hilir sungai yang lebar dan dalam, sedangkan pasar terapung di Lok Baintan berada pada kawasan hulu Sungai Martapura yang tidak sedalam dan selebar Sungai Barito.Untuk menuju obyek wisata Pasar Terapung Lok Baintan yang baru muncul atau diketahui khalayak luar daerah pada dekade 1990-an itu, bisa melalui jalan darat dari Banjarmasin ke arah Sungai Tabuk, melewati Jalan Martapura Lama/Jalan Veteran. Kalau jalan darat, bisa naik "taksi" atau angkutan pedesaan jurusan Sungai Tabuk-Banjarmasin ataupun ojek.
Bila naik mobil pribadi atau carter, maka di sekitar Jalan
Veteran kilometer 11 harus turun dan naik ojek lagi menuju lokasi pinggir
Sungai Martapura tempat aktivitas pasar terapung tersebut.Jika naik angkutan
Pedesaan tarifnya sekitar Rp3.500 perorang dengan lama perjalanan sekitar 15
menit dari Terminal Induk-Jalan A.Yani Banjarmasin.Selain jalan darat,
pelancong juga bisa menggunakan angkutan sungai, seperti naik klotok (perahu
bermotor kecil) dengan rupa-rupa ukuran dari isi sekitar delapan orang hingga
14 orang.Pelancong bisa naik dari dermaga masjid Sungai Gardu di Jalan Veteran,
dengan biaya carter sekitar Rp250.000 dan lama perjalanan sekitar dua jam.
Pemerintah Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan
menjadikan lokasi pasar terapung Lok Baintan sebagai objek wisata nasional yang
akan selalu dipromosikan ke berbagai daerah di tanah air dan mancanegera.
Bupati
Banjar Ir Khairul Saleh kepada ANTARA di Banjarmasin, Kamis mengakui adanya
keinginan tersebut, mengingat potensi pasar terapung untuk menjadi objek
pariwisataan nasional begitu besar.Masalahnya kegiatan pasar terapung tersebut,
termasuk unik dibandingkan objek wisata yang lain, seperti pasar terapung Desa
Kuin Sungai Barito Banjarmasin yang sudah begitu dikenal luas.
Kelebihan pasar terapung Lok Baintan dibandingkan pasar
terapung di Banjarmasin, adalah lama kegiatannya lebih panjang, kalau di
Banjarmasin hanya sampai pukul 08:00 Wita sementara di Lok Baintan sampai pukul
10:00 Wita.
Kelebihan
lain konsentrasi para pedagang dan pembeli di atas sungai yang menggunakan
sarana jukung (sampan) di Lok Baintan di satu tempat, sementara di Banjarmasin
terbagi dua dan agak terpencar.
Melihat
waktu kegiatan pasar terapung Lok Baintan ini lebih panjang maka berpeluang
lebih besar pula menjadi objek wisata yang banyak dikunjungi, tinggal bagaimana
pemerintah beserta mayarakat bisa mempromosikan keberadaan objek tersebut.Untuk
memudahkan akses ke objek wisata sungai Kabupaten Banjar tersebut, pihak Pemkab
setempat akan membangunkan jalan darat hingga sampai ke lokasi objek wisata
itu.
Dengan adanya jalan darat itu maka memudahkan pengunjung
baik dari kota Banjarmasin ibukota propinsi, maupun dari Martapura ibukota
kabupaten setempat, sebab selama ini ke arah objek ini hanya bisa dilewati
melalui jalur sungai saja.
Selain jalan juga akan dibangunkan fasilitas lain seperti
dermaga, tetapi pembangunan dermaga tersebut akan memperoleh bantuan dana dari
Pemerintah Propinsi.
Lok Baintan, merupakan salah satu obyek wisata yang hendak
dikembangkan Pemerintah Kabupaten Banjar.Pemerintah setempat juga melakukan
pembinaan terhadap sejumlah obyek wisata andalan, seperti kawasan pendulangan
intan tradisional, serta obyek wisata alam Lembah Kahung, yang termashyur
dengan keindahan panorama alam kawasan Pegunungan Meratus yang masih lestari.
Lembah Kahung yang berada dekat kawasan hulu Daerah Aliran
Sungai (DAS) Riam Kanan, Kabupaten Banjar tersebut belakangan menjadi perhatian
dan menjadi kegiatan pecinta alam atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang
bergerak di bidang lingkungan hidup di Kalimantan Selatan
Pasar terapung lok baintan
(Kec.Sungai Tabuk-Kab.Banjar) yang hingga kini masih memancarkan pesona budaya
masyarakat perairan yang menawan harus tetap dijaga dan dipertahankan agar
tidak terjadi kemunduran /penurunan pesona (degradasi) dengan cara:
1. Hindari
adanya pasar darat yang berdekatan dengan pasar terapung
2. Dibangunnya
jalan lingkar utara agar dimanfaatkan untuk membuka akses menuju pasar Terapung
Lokbaintan sehingga dapat memicu minat untuk berkunjung dan berbelanja di pasar
terapung di antaranya dengan :
a. Sediakan
dermaga yang memadai dengan kapal kelotok untuk melayani menuju Lokbaintan
b. Apabila
ada jalan darat cukup untuk kendaraan roda dua saja
c. Berikan
petunjuk arah pada tempat yang strategis
3. Berikan
dorongan/rangsangan & motivasi (stimulus) kepada para pelaku pedagang
Bajukung sebagai komponen utama pasar terapung dalam bentuk nyata seperti :
a. Menyediakan
barang dagangan untuk dijual berupa benda-benda cindera mata yang diminati
wisatawan dan menguntungkan bagi pedagang
b. Modal
berdagang disertai pembinaan yang tepat sebagai pelaku usaha kecil (UKM)
c. Memberikan
bantuan jukung yang lebih memadai bagi pedagang bajukung dengan syarat yang
ringan.
Kondisi
Pasar terapung Lokbaintan dewasa ini :
a. Jukung
pedagang ukurannya terlalu kecil, namun harganya sekarang sudah semakin mahal.
Kalau dibiarkan pedagang dengan kondisi jukung yang kecil, mudah tenggelam.
Namun demikian,umumnya belum bisa membeli yang baru dan ukuran lebih besar
b. Armada
kelotok semakin berkurang, yang ada pun sekarang kondisinya sudah kurang memberikan
kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan,termasuk pelayanan yang diberikan oleh
para motoris.
c. Wisatawan
terkadang hanya melihat-lihat pasar terapung, jarang berbelanja.
d. Pasar
terapung Lokbaintan sangat spesifik gaya transaksinya yang bahanyut banyu dan
menjual hasil kebun.
e. Wisatawan
ingin mendapatkan potret budaya penduduk local, jatidiri dan keaslian budaya
masyarakat setempat mulai dipengaruhi globalisasi dan kemajuan di bidang
teknologi komunikasi.
f. Sungai
dan anak sungai semakin tidak berfungsi sebagai jaringan transportasi air
perkotaan, kondisinya makin sempit, kotor dan bau tidak sedap, jembatan yang
terlalu rendah, bangunan rumah yang menjorok ke sungai dan pengurukan.
3.5
Pengembangan Pariwisata
Konsep Pengembangan Pariwisata
Pengembangan
pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam
penggunaan berbagai sember daya pariwisata mengintegrasikan segala bentuk aspek
di luar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan
kelangsungan pengembangan pariwisata. (swarbrooke 1996:99)
Terdapat
beberapa jenis pengembangan, yaitu:
a. Keseluruhan
dengan tujuan baru, membangun atraksi di situs yang tadinya tidak digunakan
sebagai atraksi.
b. Tujuan
baru, membangun atraksi pada situs yang sebelumnya telah digunakan sebagai
atraksi.
c. Pengembangan
baru secara keseluruhan pada keberadaan atraksi yang dibangun untuk menarik
pengunjung lebih banyak dan untuk membuat atraksi tersebut dapat mencapai pasar
yang lebih luas, dengan meraih pangsa pasar yang baru.
d. Pengembangan
baru pada keberadaan atraksi yang bertujuan untuk meningkatkan fasilitas
pengunjung atau mengantisipasi meningkatnya pengeluaran sekunder oleh
pengunjung.
e. Penciptaan
kegiatan-kegiatan baru atau tahapan dari kegiatan yang berpindah dari satu
tempat ke tempat lain dimana kegiatan tersebut memerlukan modifikasi bangunan
dan struktur.
Dalam pengembangan pariwisata diperlukan
aspek-aspek untuk mendukung pengembangan tersebut. Adapun aspek-aspek yang
dimaksudkan adalah sebagai berikut:
1. Aspek
Fisik
Menurut UU RI No. 23
Tahun 1997 dalam Marsongko (2001), lingkungan hidup adalahkesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhikelangsungan peri-kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya. Yang termasuk dalam lingkungan fisik berdasarkan olahan
dari berbagai sumber, yaitu.
a.Geografi
Aspek
geografi meliputi luas kawasan DTW, Luas area terpakai, dan juga batas
administrasi serta batas alam.
b.Topografi
Merupakan bentuk permukaan suatu daerah khususnya
konfigurasi dan kemiringan lahanseperti dataran berbukit dan area pegunungan
yang menyangkut ketinggian rata-rata dari permukaan laut, dan konfigurasi umum lahan
.c.Geologi
Aspek dari karakteristik geologi yang penting
dipertimbangkan termasuk jenis materialtanah, kestabilan, daya serap, serta erosi dan kesuburan
tanah.
d.Klimatologi
Termasuk temperatur udara, kelembaban, curah hujan,
kekuatan tiupan angin, penyinaranmatahari rata-rata dan variasi musim.
e.Hidrologi
Termasuk di dalamnya karakteristik dari daerah aliran
sungai, pantai dan laut seperti arus,sedimentasi, abrasi.
f.Visability
Menurut Salim (1985;2239), yang dimaksud dengan
visability adalah pemandanganterutama
dari ujung jalan yang kanan-kirinya berpohon (barisan pepohonan yang panjang).
g.Vegetasi danWildlife
Daerah habitat perlu dipertimbangkan untuk menjaga
kelangsungan hidup vegetasi dankehidupan liar untuk masa sekarang dan akan
datang. Secara umum dapat dikategorikansebagai tanaman tinggi, tanaman rendah (termasuk padang
rumput) beserta spesies-spesiesflora dan
fauna yang terdapat di dalamnya baik langka, berbahaya, dominan, produksi,konservasi
maupun komersial.
1.Aspek Daya Tarik
Pariwisata dapat berkembang di suatu tempat pada
dasarnya karena tempat tersebutmemiliki daya tarik, yang mampu mendorong wisatawan
untuk datang mengunjunginya.Murray (1993) di dalam Gunn (1979;50) menyebutkan
“… a thing or feature which draws people by appealing to their
desires, taste, etc. Especially an interesting or amusing exhibitionwhich ‘draws’ crowds”.
Gunn (1979;48) juga berpendapat bahwa
“attraction are the on-location places in region that not only provide the things
for tourist to see and do but also offer the lure to travel”.
Menurut
Inskeep (1991;77) daya tarik dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
a.Natural attraction :
berdasarkan
pada bentukan lingkungan alami
b.Cultural attraction :
berdasarkan
pada aktivitas manusia
c.Special types of attraction :
atraksi
ini tidak berhubungan dengan kedua kategori diatas, tetapi merupakan atraksi
buatan seperti
theme
park, circus, shopping.
Yang
termasuk dalam
natural
attraction
diantaranya iklim, pemandangan, flora dan faunaserta keunikan alam lainnya.
Sedangkan
cultural
attraction
mencakup
sejarah, arkeologi, religidan kehidupan tradisional.
2.Aspek Aksesibilitas
Salah satu komponen infrastruktur yang penting dalam
destinasi adalah aksesibilitas.Aksesibilitas
menurut Bovy dan Lawson (1998;107),
“...
should be possible by public transport and
bicycle trails, by pedesterian paths (from neighborhoods) and by cars (mainly
families,with an average of three persons/car)”.
Akses yang bersifat fisik maupun non fisik untuk menuju
suatu destinasi merupakan hal penting dalam pengembangan pariwisata. Aspek
fisik yang menyangkut jalan, kelengkapanfasilitas dalam radius tertentu, frekuensi transportasi umum
dari terminal terdekat.Menurut Bovy dan
Lawson (1998;202), jaringan jalan memiliki dua peran penting dalamkegiatan
pariwisata, yaitu :
a.Sebagai alat akses,transport komunikasi
antara pengunjung atau wisatawan denganatraksi rekreasi atau fasilitas.
b.Sebagai cara untuk melihat-lihat (sightseeing) dan menemukan suatu tempat yangmembutuhkan perencanaan dalam penentuan pemandangan yang dapat dilihat
selama perjalanan.Pada peran
kedua, menunjukan aspek non fisik yang juga merupakan faktor penting dalammendukung aksesibilitas secara keseluruhan, dapat
berupa keamanan sepanjang jalan, danwaktu tempuh dari tempat asal menuju
ke destinasi.Lebih lanjut Bovy dan Lawson
(1998;203) membagi jalan untuk kepentingan wisatawanmenjadi tiga kategori,
yaitu :
a.Jalan Utama yang menghubungkan wilayah destinasi utama
dengan jaringan jalan nasional atau jalan utama di luar kawasan.
b.Jalan Pengunjung, yaitu jalan sekunder yang
biasanya beraspal (makadam) ataupun gravel yang menghubungkan
dengan fasilitas wisata yang spesifik seperti
resort
, hotel yang terpisah,restoran atau atraksi rekreasi lainnya.
c.Sirkuit Pengunjung, untuk kegiatan melihat-lihat
dengan pemandangan yang menarik disepanjang jalannya.1.Aspek
Aktivitas dan Fasilitas
Dalam pengembangan sebuah objek wisata dibutuhkan adanya
fasilitas yang berfungsisebagai pelengkap dan untuk memenuhi berbagai kebutuhan
wisatawan yang bermacam-macam. Menurut Bukart dan Medlik (1974;133), fasilitas
bukanlah merupakan faktor utamayang dapat menstimulasi kedatangan wisatawan ke
suatu destinasi wisata, tetapi ketiadaanfasilitas dapat menghalangi wisatawan
dalam menikmati atraksi wisata. Pada intinya, fungsifasilitas
haruslah bersifat melayani dan mempermudah kegiatanatau aktivitas
pengunjung/wisatawan
yang dilakukan dalam rangka mendapat pengalaman rekreasi.Di samping itu, fasilitas dapat pula menjadi daya
tarik wisata apabila penyajiannyadisertai dengan keramahtamahan yang
menyenangkan wisatawan, dimana keramahtamahandapat mengangkat pemberian jasa
menjadi suatu atraksi wisata. Bovy dan Lawson (1979;9)menyebutkan bahwa
fasilitas adalah atraksi buatan manusia yang berbeda dari daya tarik wisatayang
lebih cenderung berupa sumber daya.2.Aspek
Sosia Ekonomi dan BudayaDalam analisa sosial ekonomi membahas mengenai mata
pencaharian penduduk,komposisi penduduk, angkatan kerja, latar belakang
pendidikan masyarakat sekitar, dan penyebaran penduduk dalam suatu
wilayah. Hal ini perlu dipertimbangkan karena dapatmenjadi suatu tolak ukur mengenai apakah posisi pariwisata
menjadi sektor unggulan dalamsuatu wilayah tertentu ataukah suatu sektor yang
kurang menguntungkan dan kurang selarasdengan kondisi perekonomian yang
ada.Selanjutnya adalah mengenai aspek sosial
budaya, dimana aspek kebudayaan dapatdiangkat sebagai suatu topik pada suatu
kawasan. Dennis L. Foster menjelaskan mengenaiPengaruh Kebudayaan (cultural
influences) sebagai berikut : “Para pelaku perjalanan tidak membuat keputusan hanya berdasarkan pada
informasi pemrosesan dan pengevaluasian.Mereka juga dipengaruhi oleh
faktor kebudayaan, masyarakat, dan gaya hidupnya. Kebudayaanitu cenderung seperti pakaian tradisional dan
kepercayaan pada suatu masyarakat, religi, ataukelompok etnik (ethnic
group)”.
Pengembangan dan Kelestarian Pasar
Terapung
Objek
wisata sebenarnya memerlukan pengembangan dalam pengertian yang khusus agar
objekwisata tetap laku dijual sebagaimana produk industri. Produk wisata
alamiah sangat spesifik karena
memerlukan prasarana dari sector modern, tetapi harus tetap trampil dalam keasliannya. Konsepsi ini sering mengakibatkan keliru
dalam penanganannya. Kehulu memang memerlukan sektor modern, tetapi ke hilir
tampak lebih memerlukan dukungan sektor tradisional. Dari sinilah munculnya
prinsip pengembangan berwawasan kelestarian lingkungan.
Dari
aspek prasarana yang memerlukan pembangun terprogam ialah:
1. Tempat
parkir mobil
2. Lorong
menuju pelabuhan Pasar Terapung
3. Rumah
di atas rakit
4. Pintu
gerbang masuk
5. Puskemas
di atas air
Sedangkan
dari aspek sarana yang memerlukan pengembangan ialah:
1. Jukung,
perahu, klotok, dan speedboat yang disewakan sebagai sarana rekreasi.
2. Jukung,
perahu, dan klotok yang digunakan sebagai wadah berjualan di atas air.
3. Sesuatu
yang bisa dikerjakan, dilihat dan dibeli disekitar kawasan wisata.
Dari aspek kelestarian yang menjadi
prioritas adalah bagaimana merekonstruksi penampilan Pasar Terapung dengan
segala kelengkapannya masa lalu disajikan masa sekarang bagi masa depan. Sangat
pentingnya pengembangan dan kelestarian Pasar Terapung sebagai “Pasar” objek
wisata, dan atraksi wisata secara totalitas adalah “jumlah perahu, jukung,
klotok dan speedboat yang ada di pasar itu yang dampak negatifnya adalah nol.
Eksistensi Pasar Terapung dari
aspek lokasi bisa juga dikaji dengan konsep orbitasi yaitu analisa konsentrasi
pedagang Pasar Terapung menuju lokasi. Adanya hambatan diperjalanan, munculnya
pusat pertumbuhan baru, atau pilihan pekerjaan yang lebih baik akan mengurangi
kedatangan pedagang yang meramaikan Pasar Terapung atau pengunjung yang
berbelanja.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Pasar Terapung Lok Baintan
adalah sebuah pasar terapung tradisional yang
berlokasi di desa Sungai Pinang (Lok Baintan),
kecamatan Sungai Tabuk, Banjar, Kalimantan
Selatan. Di pasar ini, para pedagang dan pembeli melakukan aktivitas jual beli
di atas perahu tradisonal. Perahu tersebut biasa disebut dengan nama jukung.
Adapula jenis kapal bermotor yang ikut meramaikan aktivitas pasar ini, yakni klotok.Pasar
Terapung Lok
baintan merupakan salah satu bentuk pola interaksi jual beli masyarakat
yang hidup di atas air
Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi
barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk,
sesuatu yang unik dan langka
Salah satu
keunikan dari Pasar Terapung adalah desak-desakan antara perahu besar dan
perahu kecil yang mencari pembeli, serta penjual yang bersliweran kesana
kemari. Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pasar di daratan,
sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung atau pembagian
pedagang bersarkan barang dagangan
Untuk
menuju pasar terapung Lok Baintan dari pusat kota bisa ditempuh dengan dua
alternatif. Alternatif pertama menyusuri sungai Martapura dengan menggunakan
klotok, sejenis sampan bermesin. Dengan klotok, perjalanan dari pusat kota
menuju pasar terapung terbilang Lambat karena membutuhkan waktu 60
menit. Alternatif kedua dengan menggunakan kendaraan darat
seperti mobil. Namun, untuk alternatif kedua membutuhkan waktu lebih panjang
yakni satu jam untuk mencapai pasar terapung. Hal itu disebabkan medan
perjalanan yang cenderung berat dan berliku-liku.
LAMPIRAN
Pada Saat Di Dermaga Museum Wasaka
Pada Saat di Kapal
Pada saat di
perjalanan, petunjuk arah menuju pasar terapung Lok baintan
Pada Saat Di Perjalanan
Pasar Terapung Lokbaintan
Keadaan pasar terapung Lok baintan
Pengunjung Pasar
terapung Lok Baintan
Interaksi dengan penduduk Lokal sekitar
pasar terapung Lok baintan
Interaksi dengan pedagang pasar
terapung Lok Baintan
Berakhirnya aktifitas pasar terapung
Lok baintan
Foto Bersama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar