Selasa, 29 Mei 2012

Provinsi Banten


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Banten pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka dan makmur. Banten pada abad ke 5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara adalah Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, yang ditemukan di kampung lebak di tepi Ci Danghiyang, Kecamatan Munjul, Pandeglang, Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman. Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara (menurut beberapa sejarawan ini akibat serangan kerajaan Sriwijaya), kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Ci Serayu dan Kali Brebes dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda. Seperti dinyatakan oleh Tome Pires, penjelajah Portugis pada tahun 1513, Banten menjadi salah satu pelabuhan penting dari Kerajaan Sunda. Menurut sumber Portugis tersebut, Banten adalah salah satu pelabuhan kerajaan itu selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Kalapa, dan Cimanuk.
Diawali dengan penguasaan Kota Pelabuhan Banten, yang dilanjutkan dengan merebut Banten Girang dari Pucuk Umun pada tahun 1527, Maulana Hasanuddin, mendirikan Kesultanan Banten di wilayah bekas Banten Girang. Dan pada tahun 1579, Maulana Yusuf, penerus Maulana Hasanuddin, menghancurkan Pakuan Pajajaran, ibukota atau pakuan (berasal dar kata pakuwuan) Kerajaan Sunda. Dengan demikian pemerintahan di Jawa Barat dilanjutkan oleh Kesultanan Banten. Hal itu ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana, tempat duduk kala seorang raja dinobatkan, dari Pakuan Pajajaran ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu terpaksa diboyong ke Banten karena tradisi politik waktu itu "mengharuskan" demikian. Pertama, dengan dirampasnya Palangka tersebut, di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru. Kedua, dengan memiliki Palangka itu, Maulana Yusuf merupakan penerus kekuasaan Kerajaan Sunda yang "sah" karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja.
Ketika sudah menjadi pusat Kesultanan Banten, sebagaimana dilaporkan oleh J. de Barros, Banten merupakan pelabuhan besar di Asia Tenggara, sejajar dengan Malaka dan Makassar. Kota Banten terletak di pertengahan pesisir sebuah teluk, yang lebarnya sampai tiga mil. Kota itu panjangnya 850 depa. Di tepi laut kota itu panjangnya 400 depa; masuk ke dalam ia lebih panjang. Melalui tengah-tengah kota ada sebuah sungai yang jernih, di mana kapal jenis jung dan gale dapat berlayar masuk. Sepanjang pinggiran kota ada sebuah anak sungai, di sungai yang tidak seberapa lebar itu hanya perahu-perahu kecil saja yang dapat berlayar masuk. Pada sebuah pinggiran kota itu ada sebuah benteng yang dindingnya terbuat dari bata dan lebarnya tujuh telapak tangan. Bangunan-bangunan pertahanannya terbuat dari kayu, terdiri dari dua tingkat, dan dipersenjatai dengan senjata yang baik. Di tengah kota terdapat alun-alun yang digunakan untuk kepentingan kegiatan ketentaraan dan kesenian rakyat dan sebagai pasar di pagi hari. Istana raja terletak di bagian selatan alun-alun. Di sampingnya terdapat bangunan datar yang ditinggikan dan beratap, disebut Srimanganti, yang digunakan sebagai tempat raja bertatap muka dengan rakyatnya. Di sebelah barat alun-alun didirikan sebuah mesjid agung.
Pada awal abad ke-17 Masehi, Banten merupakan salah satu pusat perniagaan penting dalam jalur perniagaan internasional di Asia. Tata administrasi modern pemerintahan dan kepelabuhan sangat menunjang bagi tumbuhnya perekonmian masyarakat. Daerah kekuasaannya mencakup juga wilayah yang sekarang menjadi provinsi Lampung. Ketika orang Belanda tiba di Banten untuk pertama kalinya, orang Portugis telah lama masuk ke Banten. Kemudian orang Inggris mendirikan loji di Banten dan disusul oleh orang Belanda.
Selain itu, orang-orang Perancis dan Denmark pun pernah datang di Banten. Dalam persaingan antara pedagang Eropa ini, Belanda muncul sebagai pemenang. Orang Portugis melarikan diri dari Banten (1601), setelah armada mereka dihancurkan oleh armada Belanda di perairan Banten. Orang Inggris pun tersingkirkan dari Batavia (1619) dan Banten (1684) akibat tindakan orang Belanda.
Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Hindia Belanda yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Banten menjadi salah satu keresidenan dalam Provincie West Java disamping Batavia, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon.
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami profil Provinsi Banten
2. Untuk mengetahui konsep lokasi Provinsi Banten
3. Untuk  mengetahui keadaan alam dan kekayaan alam Provinsi Banten
4. Untuk mengetahui karakteristik penduduk Provinsi Banten
5. Untuk mengetahui flora dan fauna yang terdapat di Provinsi Banten

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peta Provinsi Banten

2.2 Peta kabupaten Banten
Provinsi Banten terdiri atas 4 kabupaten dan 4 kota. Berikut adalah daftar kabupaten dan kota di Banten, beserta ibukota.
No.
Kabupaten/Kota
Ibu kota
Logo
1
Logo kab tangerang.gif
2
Logo serang.gif
3
Logo lebak.gif
4
Logo Pandeglang.gif
5
-
Lambang Kota Tangerang.png
6
-
Lambang Kota Serang.jpg
7
-
Lambang Kota Cilegon.png
8


·         Kabupaten Lebak


·         Kabupaten Pandeglang
·         Kabupaten Serang
·         Kabupaten Tangerang









·         Kota Cilegon


·         Kota Serang




·         Kota Tangerang


·         Kota Tangerang Selatan




2.2 Konsep Lokasi
Peta lokasi Banten Negara http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/9f/Flag_of_Indonesia.svg/22px-Flag_of_Indonesia.svg.png Indonesia Hari jadi 4 Oktober 2000 (hari jadi) Ibu kota Kota Serang Koordinat 5° 7' 50" - 7° 1' 11" LS
105° 1' 11" - 106° '12" BT
 Pemerintahan  - Gubernur Hj. Ratu Atut Chosiyah
 - DAU Rp. 460.383.683.000,- (2011)[1]
Luas  - Total 9.160,70 km2 Populasi ([2])  - Total 10.644.030
 Kepadatan 1.161,9/km²
 Demografi  - Suku bangsa Banten (47%), Sunda (23%), Jawa (12%), Betawi (10%), Tionghoa (1%) [3]  - Agama Islam (96,6%), Kristen (1,2%), Katolik (1%), Buddha (0,7%), Hindu (0,4%)  - Bahasa Sunda, Jawa Banten, Indonesia, dan Betawi Zona waktu WIB Kabupaten 4 Kota 4
2.3 Letak Administratif
Banten merupakan provinsi yang berdiri berdasarkan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2000 secara administratif, terbagi atas 4 Kabupaten dan 2 Kota yaitu : Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Cilegon, dengan luas 8.651,20 Km2.  
2.4 Letak Geologis dan Astronomis
 Letak geografis Provinsi Banten pada batas Astronomi 105º1'11² - 106º7'12² BT dan 5º7'50² -7º1'1² LS.
2.5  Keadaan Alam
2.5.1 Bentuk Lahan
Bentuk lahan yang terdapat di propinsi Banten antara lain:
·         Gunung Aseupan
Gunung Aseupan adalah gunung yang terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, sekitar 18 km sebelah barat dari pusat kota Pandeglang.
·         Gunung Karang
Gunung Karang adalah gunung berapi yang terdapat di bagian barat dari Banten, Indonesia. Ketinggian 1.778 m (5,833 kaki). Jenis Stratovulcano
·         Gunung Pulosari
Gunung Pulosari adalah gunung berapi di Kabupaten Pandeglang, Banten, Indonesia. Walaupun tidak ada data letusan yang pernah terjadi, tapi terdapat aktivitas fumarol yang terjadi di dinding kaldera dengan kedalaman 300 meter.
Menurut Sajarah Banten, sesampai di Banten Girang, Sunan Gunung Jati dan puteranya, Hasanuddin, mengunjungi Gunung Pulosari yang saat itu merupakan tempat kramat bagi kerajaan. Di sana, Gunung Jati menjadi pemimpin agama masyarakat setempat, yang masuk Islam. Baru setelah itu Gunung Jati menaklukkan Banteng Girang secara militer. Kemudian dia menjadi raja dengan restu raja Demak. Dengan kata lain, Gunung Jati bukan mendirikan kerajaan baru, tapi merebut tahta dari kerajaan yang sudah ada, yaitu Banten Girang[1].
Di Museum Nasional Indonesia di Jakarta terdapat sejumlah arca yang disebut "arca Caringin" karena pernah menjadi hiasan kebun asisten-resisten Belanda di tempat tersebut. Arca tersebut dilaporkan ditemukan di Cipanas, dekat kawah Gunung Pulosari, dan terdiri dari satu dasar patung dan 5 arca berupa Shiwa Mahadewa, Durga, Batara Guru, Ganesha dan Brahma. Coraknya mirip corak patung Jawa Tengah dari awal abad ke-10.Diperkirakan Gunung Pulosari adalah tempat kramat Kerajaan Sunda, yang pernah ada antara tahun 932 dan 1030 di bagian utara provinsi Banten sekarang.
Bentuklahan Danau:
·         Setu Perigi
Perigi Setu adalah sebuah danau buatan yang luasnya sekitar 7 hektar dengan kedalaman sekitar 1-4 meter, terletak di Kelurahan Perigi Lama, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten. Danau ini berhulu di kecamatan Ciputat, Tangerang selatan. Dari danau ini dialirkan ke barat menuju sungai Kali Baru dan ke timur ke rawa lindung yang semuanya berhilir di Kali Angke. Danau ini dibuat pada zaman Kolonial Belanda untuk kebutuhan irigasi persawahan, terbuat dari bendungan tanah merah dan dinding semen. Terdapat sebuah pulau kecil di tengahnya yang baru dibuat pada tahun 2000-an dari tumpukan lumpur proses pengerukan danau.
  • Vegetasi Danau
Jenis ikan yang dulunya ada di danau ini adalah Gabus, Lele, Guppy, Cupang sawah, Julung-julung, Betok, Sepat, Belut, Mujair dan Yuyu (kepiting air tawar). Sementara Flora yang tumbuh di sekitarnya adalah Palm Kiray (Arenga sp), Waru (Hibiscus tiliceus), Putat (Planchoa valida), Asam (Tamarindus Indica), Pisang (Musa paradisiaca), Pinang sirih (Areca catechu), Dadap (Erythrina caffra), Jaran (Pterospermum javanicum), Kihujan (Gliceridia sepium), Beringin (Ficus Benjamina) dan rumput gajah (axonophus compressus) Di sebelah utara bendungan ini terdapat pintu air (spillway) yang menuju Kali Baru, tingginya sekitar 10 meter sehingga membentuk air terjun (waterfall) yang oleh masyarakat sekitar disebut trapyakan. Di sebelah timur danau ini berbatasan dengan dinding pagar sekolah internasional yaitu Jakarta Japanese School. Sebelah selatan dengan perumahan Permata Bintaro dan di sebelah barat dengan perkampungan penduduk.
  • Kondisi
Pencemaran air dari limbah rumah tangga dan pendangkalan serius memaksa perlunya dilakukan rehabilitasi oleh dinas pengairan Departemen Pekerjaan Umum pada tahun 2008. Telah terjadi juga penyerobotan lahan yang mengurangi luas danau ini.
·                     Situ  Gintung
Situ Gintung adalah danau kecil buatan yang terletak Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Lokasi danau ini berada di sebelah barat daya kota Jakarta. Danau seluas 21,4 ha (2008) ini telah berubah fungsi, dimanfaatkan sebagai tempat wisata taman.

 2.5.2 Tanah

Sumber daya tanah wilayah Provinsi Banten secara geografis terbagi dua tipe tanah yaitu: (a)  kelompok tipe tanah sisa atau residu
 (b) kelompok tipe tanah hasil angkutan.
 Secara umum distribusi dari masing-masing tipe tanah ini di wilayah Propinsi Banten, terdapat di Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Masing-masing tipe tanah yang terdapat di wilayah tersebut antara lain:
1.      aluvial pantai dan sungai;


2.      latosol;
3.      podsolik merah kuning;
4.      regosol;

5.      andosol;






6.      brown forest;
7.      glei.
2.5.3 Penggunaan Lahan
Lahan di propinsi Banten sebagian besar dipergunakan untuk lahan campuran, persawahan dan tegalan. Rincian penggunaan lahan adalah:

No
Kab/kota
sawah
Bangunan
Tegalan
Kebun
Campuran
Rawa
Dan
Kolam
Lain-
Lain
Jumlah
1.
Kab. Serang
   55.552
   28.714
  55.927
    17.790
    9.167
10.595
    177.472
2.
Kab. Lebak
   43.097
   15.647
  44.514
  144.641
    1.285
10.721
    259.905
3.
Kab.Pandeglang
   53.355
   11.406
  48.363
  244.174
       890
11.120
    369.308
4.
Kab. Tangerang
   41.691
   29.121
  22.285
     1.049
    3.656
  4.442
    102.784
5.
Kota Tangerang
    1.536
    9.290
    1.906
     1.242
         96
  2.475
     16.545
6.
Kota Cilegon
    2.064
    6.237
    4.473
           -
           -
  4.739
      17.549

Jumlah
197.295
100.451
177.465
408.896
  15.094
44.092
    943.833

2.6 Karakteristik Penduduk
2.6.1 Suku
Suku bangsa Banten terdiri dari:
 Banten (47%),
 Sunda (23%),
Jawa (12%),
Betawi (10%),
Tionghoa (1%)
2.6.2 Budaya
Budaya Banten Seni Kebudayaan Tradisional Daerah Propinsi Banten
 Mengenal khasanah kebudayaan Banten salah satu provinsi yang ada di Pulau Jawa, Indonesia. Provinsi Banten dulunya adalah bagian dari daerah Provinsi Jawa Barat.

Hampir sebagian besar masyarakat penduduk Banten memeluk agama Islam dengan semangat religius yang tinggi. Salah satu ciri khas dari budaya masyarakat yang ada Banten adalah:










·         seni bela diri Pencak silat
·         Debus
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFOfezU7JudkEQOYI-69NXW4RxsmaK3MxiY6gscZFS19bkA2d-_JdUmR7eEHo8bFwoIKV-w6G3dilOSPrs8-GoCp6_LKa2EVR4R8vsXvkqICuC4QmJqBF0QrSU_0rJuFHLmmVl-i_-izQ/s400/Img0015_resize.jpg
Atraksi yang sangat berbahaya tersebut biasa kita kenal dengan sebutan Debus, Konon kesenian bela diri debus berasal dari daerah al Madad. Semakin lama seni bela diri ini makin berkembang dan tumbuh besar disemua kalangan masyarakat banten sebagai seni hiburan untuk masyarakat. Inti pertunjukan masih sangat kental gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian debus banten ini banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang pemain terhadap serangan benda tajam, dan semacam senjata tajam ini disebut dengan debus.
Kesenian ini tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, bersamaan dengan berkembangnya agama islam di Banten. Pada awalna kesenian ini mempunyai fungsi sebagai penyebaran agama, namun pada masa penjajahan belanda dan pada saat pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa. Seni beladiri ini digunakan untuk membangkitkan semangat pejuang dan rakyat banten melawan penjajahan yang dilakukan belanda. Karena pada saat itu kekuatan sangat tidak berimbang, belanda yang mempunyai senjata yang sangat lengkap dan canggih. Terus mendesak pejuang dan rakyat banten, satu satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan leluhur yaitu seni beladiri debus, dan mereka melakukan perlawanan secara gerilya.
Debus dalam bahasa Arab yang berarti senjata tajam yang terbuat dari besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk sedikit bundar. Dengan alat inilah para pemain debus dilukai, dan biasanya tidak dapat ditembus walaupun debus itu dipukul berkali kali oleh orang lain. Atraksi atraksi kekebalan badan ini merupakan variasi lain yang ada dipertunjukan debus. Antara lain, menusuk perut dengan benda tajam atau tombak, mengiris tubuh dengan golok sampai terluka maupun tanpa luka, makan bara api, memasukkan jarum yang panjang ke lidah, kulit, pipi sampai tembus dan tidak terluka. Mengiris anggota tubuh sampai terluka dan mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu juga, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat dibadan hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh. Dan masih banyak lagi atraksi yang mereka lakukan.
Dalam melakukan atraksi ini setiap pemain mempunyai syarat syarat yang berat, sebelum pentas mereka melakukan ritual ritual yang diberikan oleh guru mereka. Biasanya dilakukan 1-2 minggu sebelum ritual dilakukan. Selain itu mereka juga dituntut mempunyai iman yang kuat dan harus yakin dengan ajaran islam. Pantangan bagi pemain debus adalah tidak boleh minum minuman keras, main judi, bermain wanita, atau mencuri. Dan pemain juga harus yakin dan tidak ragu ragu dalam melaksanakan tindakan tersebut, pelanggaran yang dilakukan oleh seorang pemain bisa sangat membahayakan jiwa pemain tersebut.
Menurut beberapa sumber sejarah, debus mempunyai hubungan dengan tarekat didalam ajaran islam. Yang intinya sangat kental dengan filosofi keagamaan, mereka dalam kondisi yang sangat gembira karena bertatap muka dengan tuhannya. Mereka menghantamkan benda tajam ketubuh mereka, tiada daya upaya melainkan karena Allah semata. Kalau Allah tidak mengijinkan golok, parang maupun peluru melukai mereka. Dan mereka tidak akan terluka.
Pada saat ini banyak pendekar debus bermukim dikecamatan Walantaka, keragilan dan wilayah serang. Yang sangat disayangkan keberadaan debus makin lama kian berkurang, dikarenakan para pemuda lebih suka mencari mata pencaharian yang lain. Dan karena memang atraksi ini juga cukup berbahaya untuk dilakukan, karena tidak jarang banyak pemain debus yang celaka karena kurang latihan maupun ada yang “jahil” dengan pertunjukan yang mereka lakukan. Sehingga semakin lama warisan budaya ini semakin punah. Dahulu kita bisa menyaksikan atraksi debus ini dibanyak wilayah banten, tapi sekarang atraksi debus hanya ada pada saat event – event tertentu. Jadi tidak setiap hari kita dapat melihat atraksi ini. Warisan budaya, yang makin lama makin tergerus oleh perubahan jaman.
·         seni Rudad
·         Umbruk
·         Tari Saman
·         Tari Topeng



·         Tari Cokek



·         Dog-dog
·         Palingtung
·         Lojor
Adalah suku Baduy yang merupakan suku asli penduduk Banten. Suku Baduy ini masih terjaga keasliannya dan masih menjaga tradisi anti modernisasi. Mereka masih menggunakan cara tradisional dalam kehidupannya baik cara berpakaian maupun pola hidup lainnya. Suku Baduy terdapat di daerah kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas 5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.

Dalam hal bahasa masyarakat asli Banten berbicara dengan menggunakan dialek yang merupakan turunan dari bahasa Sunda Kuno. Adapaun pembagian dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa kasar dalam bahasa Sunda modern. Dan ini masih dibagi menjadi beberapa tingkatan dari tingkat halus sampai tingkat kasar (informal).

Banten memiliki Rumah adat yaitu rumah panggung yang atapnya di buat dari daun dan lantainya dibuat dari pelupuh yaitu semacam tumbuhan bambu yang dibelah-belah. Sedangkan untuk dindingnya terbuat dari bilik (gedek). Sebagai bahan penyangga rumah panggung adalah terbuat dari batu yang sudah dibuat sedemikian rupa sampai menjadi berbentuk balok yang ujungnya makin mengecil seperti batu yang digunakan untuk alas menumbuk beras. Rumah adat Banten ini masih dapat di jumapai di daerah yang dihuni oleh orang Kanekes atau disebut juga orang Baduy.

Budaya Banten, Seni Tradisional Banten, Kebudayaan daerah Banten, Seni kebudayaan propinsi Banten, Banten Indonesia.

2.6.3 Komposisi Penduduk
Penduduk merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam proses pembangunan dewasa ini. Dimana, jumlah penduduk yang besar apalagi dengan komposisi dan distribusi yang lebih merata, dapat menjadi potensi tetapi dapat pula menjadi beban dalam proses pembangunan apabila berkualitas rendah. Karena itu, proses pembangunan yang dilakukan selain diarahkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, harus pula mencakup upaya untuk mengendalikan laju pertumbuhan serta menyeimbangkan komposisi dan distribusi penduduk.

Jumlah penduduk Provinsi Banten dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2000, penduduk Banten berjumlah 8,10 juta jiwa tapi pada tahun 2009 meningkat menjadi 9,78 juta jiwa, atau tumbuh rata-rata sebesar 2,12 persen per tahun. Apabila dibandingkan dengan proyeksi penduduk Indonesia yang mencapai 231,37 juta orang maka penduduk Banten pada tahun 2009 sudah mencapai 4,20 persen dari total penduduk Indonesia, sehingga Banten menjadi provinsi dengan populasi terbesar kelima di Indonesia. Pada tahun 2009, Banten juga termasuk empat besar provinsi yang terpadat penduduknya yaitu dengan tingkat kepadatan mencapai 1.085 jiwa per km2 atau untuk setiap satu kilometer persegi wilayah Provinsi Banten dihuni oleh sekitar 1.085 penduduk.
2.6.4 Kepadatan Penduduk
Luas Wilayah Provinsi Banten secara keseluruhan adalah 8.800.83 km2, yang secara administratif terdiri dari 6 Kabupaten/Kota, 122 Kecamatan dan 1.481 Desa/Kelurahan. Kabupaten Lebak dan Pandeglang merupakan dua kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Banten, luas wilayah Kabupaten Lebak mencapai 32.50% dari luas wilayah Provinsi, Kabupaten Pandeglang 31.21% selanjutnya Kabupaten Serang 19.60% dan Kabupaten Tangerang 12.61%, adapun Kota Tangerang dan Kota Cilegon memiliki luas wilayah masing-masing 2.1% dan 2% dari total wilayah Provinsi Banten.
Jumlah penduduk Provinsi Banten  8.956.229 jiwa pada tahun 2003 dengan pertumbuhan rata-rata 3.2% pertahun. Daerah paling padat penduduknya adalah Kota Tangerang yang mencapai 7.362 Jiwa/km persegi, disusul Kabupaten Tangerang 2.588 jiwa /km persegi, dan kota cilegon dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 1.716 jiwa/km persegi. Kabupaten Serang sebagai Ibu Kota Provinsi 968 Jiwa/km Persegi. Sedangkan Kabupaten Pandeglang dan Lebak , masing-msing 373 jiwa/km persegi dan 326 jiwa/km persegi. Secara rata-rata, kepadatan penduduk Banten adalah 1.018 jiwa/km persegi.
Setiap daerah memiliki tingkat kepadatan Penduduk yang tidak sama. Hal ini terjadi akibat tingginya urbanitas dan migrasi pada daerah-daerah tertentu, sehingga penyebaran penduduk tidak merata. Ada daerah yang luas wilayahnya sedikit, tetapi jumlah penduduknya sangat padat, sebagaimana dialami Kota Tangerang sebaliknya ada wilayah kabupaten yang memiliki wilayah yang cukup luas, tetapi penduduknya sedikit, sebagaimana dialami Kabupaten Lebak. Gambaran tersebut ditunjukan dalam table berikut ini :

2.6.5 Persebaran Penduduk
Jumlah penduduk propinsi Banten pada tahun 2000 adalah 8.252.312 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk 8,74 jiwa/Ha. Penyebaran penduduk di propinsi Banten tidak merata, hal ini terlihat dari timpangnya tingkat kepadatan penduduk per kabupaten atau kota. Tingkat kepadatan tertinggi di kota Tangerang yang mempunyai luas wilayah yang paling kecil (16.545 Ha) sebesar 79,28 jiwa/Ha, padahal luas wilayahnya paling besar (369.308 Ha). Permasalahan ketimpangan kepadatan penduduk ini disebabkan oleh posisi kota Tangerang sebagai salah satu pusat pertumbuhan sector industry yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang relative banyak.
Hal yang sama untuk melihat ketimpangan antar daerah terlihat juga dalam sebaran penduduk antar kabupaten/atau kota di propinsi Banten, yang dari tahun 1995-2000 relatif tidak mengalami perubahan. Di tahun 2000 penduduk propinsi Banten tersebar di kabupaten Serang Sebanyak 19,77 persen, di kabupaten Lebak 12,45 persen, di kabupaten Pandeglang 12,45 persen, di kabupaten Tangerang sebanyak 15,90 persen dan kota Cilegon sebanyak 3,58 persen.
2.7 Kekayaan Alam
2.7.1 Kehutanan
Potensi Sumber daya hutan di propinsi Banten relatif besar. Luas hutan di propinsi Banten adalah 20,37 persen dari luas wilayah. Wilayah yang memiliki luas hutan yang besar adalah kabupaten Pandeglang dan kabupaten Lebak. Berdasarkan fungsinya hutan dibagi menjadi hutan lindung, hutan produksi dan hutan konservasi. Hutan yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan potensi ekonomi adalah hutan produksi. Produksi hasil hutan di propinsi Banten sebagai sumberdaya hutan unggulan adalah kayu jati. Alih fungsi lahan kehutanan ke penggunaan lain, membuat luasan hutan produksi mengalami penurunan. Sejak tahun 1996-2000 penurunan hasil hutan mencapai 2.638 Ha. Penurunan luas ini menyebabkan total produksi hasil hutan juga menurun, kecuali untuk komoditas kayu jati yang justru mengalami peningkatan sebesar 23,69% pada tahun 2000.
2.7.2 Peternakan
Sektor peternakan memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan akan telur, daging, dan susu. Di propinsi Banten, jenis ternak yang diusahakan meliputi ternak besar (Sapi, Kerbau, dan Kuda), ternak kecil (Kambing dan Domba), serta Unggas (ayam, buras, ayam ras petelur, ayam ras potong, dan itik).
Sentra produksi peternakan di propinsi Banten mencakup kabupaten Lebak dan kabupaten Tangerang . Pada tahun 1999-2000, populasi ternak di Banten mengalami peningkatan terutama populasi kambing dan domba yang menalami peningkatan 48% dan 39% . Populasi unggas yang terbesar adalah ayam, yang mencapai 48% dari total komoditas unggas yang ada.


2.7.3 Pariwisata
Propinsi Banten terdiri dari kombinasi wilayah pantai, dataran rendah dan pegunungan memiliki potensi wisata yang besar karena masing-masing wilayah tersebut memiliki karakteristik tersendiri. Selain itu Banten juga kaya akan peninggalan sejarah dan kekayaanbudaya yang potensial untuk menarik kunjungan wisatawan.
Pengembangan wisata di propinsi Banten terdiri dari wisata laut, wana wisata, wisata alam, wisata jiarah dan situs, wisata budaya dan wisata buatan. Keadaan dan kekayaan sumber daya alam dan lingkungan di propinsi Banten sangat memungkinkan untuk tumbuh dan berkembangnya sector pariwisata secara optimal.
Beberapa pariwisata yang terdapat di Banten antara lain:
1.      Mesjid Agung Banten
Masjid Agung Banten adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah. Setiap harinya masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tidak hanya dari Banten dan Jawa Barat, tapi juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa.
Masjid Agung Banten terletak di Kompleks bangunan masjid di Desa Banten Lama, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama dari Kasultanan Demak. Ia adalah putra pertama dari Sunan Gunung Jati.
Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda China yang juga merupakan karya arsitektur Cina yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.
Di masjid ini juga terdapat komplek pemakaman sultan-sultan Banten serta keluarganya. Yaitu makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar. Sementara di sisi utara serambi selatan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin, dan lainnya.
Masjid Agung Banten juga memiliki paviliun tambahan yang terletak di sisi selatan bangunan inti Masjid ini. Paviliun dua lantai ini dinamakan Tiyamah. Berbentuk persegi panjang dengan gaya arsitektur Belanda kuno. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Hendick Lucasz Cardeel. Biasanya, acara-acara seperti rapat dan kajian Islami dilakukan di sini.
Menara yang menjadi ciri khas sebuah masjid juga dimiliki Masjid Agung Banten yang terletak di sebelah timur masjid, menara ini terbuat dari batu bata dengan ketinggian kurang lebih 24 meter, diameter bagian bawahnya kurang lebih 10 meter. Untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga yang harus ditapaki dan melewati lorong yang hanya dapat dilewati oleh satu orang. Pemandangan di sekitar masjid dan perairan lepas pantai dapat terlihat diatas menara, karena jarak antara menara dengan laut yang hanya sekitar 1,5 km.
Dahulu, selain digunakan sebagai tempat mengumandangkan adzan, menara yang juga dibuat oleh Hendick Lucasz Cardeel ini digunakan sebagai tempat menyimpan senjata.

2.      Taman Nasional Ujung Kulon

Taman Nasional Ujung Kulon terletak di bagian paling barat Pulau Jawa, Indonesia. Kawasan Taman nasional ini juga memasukan wilayah Krakatau dan beberapa pulau kecil disekitarnya seperti Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang. Taman ini mempunyai luas sekitar 1,206 km² (443 km² diantaranya adalah laut), yang dimulai dari tanjung Ujung Kulon sampai dengan Samudera Hindia.
Taman Nasional ini menjadi Taman Nasional pertama yang diresmikan di Indonesia, dan juga sudah diresmikan sebagai salah satu Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO pada tahun 1992, karena wilayahnya mencakupi hutan lindung yang sangat luas. Sampai saat ini kurang lebih 50 sampai dengan 60 badak hidup di habitat ini.
Pada awalnya Ujung Kulon adalah daerah pertanian pada beberapa masa sampai akhirnya hancur lebur dan habis seluruh penduduknya ketika Gunung Krakatau meletus pada tanggal 27 Agustus 1883 yang akhirnya mengubahnya kawasan ini kembali menjadi hutan.
Izin untuk masuk ke Taman Nasional ini dapat diperoleh di Kantor Pusat Taman Nasional di Kota Labuan atau Tamanjaya. Penginapan dapat diperoleh di Pulau Handeuleum dan Peucang.




3.      Komplek Makam Singandaru
Lokasi komplek makam ini terletak di Jalan KI Uju Gg. Gozali Kaujon Serang, Luas kawasan makam ini sekitar 1 hektar. Di sebelah utara berbatasan dengan parit yang diduga dahulu merupakan bekas sungai. Makam ini adalah makam TB. Abdurrahman atau yang bergelar Pangeran Singandaru.









4.      Komplek Pemakaman Kesultanan Banten





2.7.4 Sektor Pertanian

Sektor pertanian merupakan kegiatan utama bagi sebagian besar penduduk Banten. Potensi sector pertanian Banten terbagi dalam dua kawasan yaitu pertanian lahan basah (padi sawah) dan lahan kering (padi lading, palawija, sayuran dan buah-buahan). Berdasarkan data tahun 2000 diketahui bahwa komoditas unggulan untuk Propinsi Banten adalah padi sawah, padi lading dan ubi jalar. Komoditas ini di produksi di hampir seluruh wilayah propinsi Banten. Sedangkan komoditas sayuran unggulan adalah kacang panjang dan ketimun dengan sentra produksi di kabupaten Serang dan kabupaten Lebak. Komoditas buah-buahan yang menjadi unggulan adalah pisang, durian, dan mangga dengan sentra produksi di Kabupaten Serang dan Lebak. Komoditas unggulan itu ditentukan dari besarnya produksi per tahun.
2.7.5 Sektor Perkebunan
Perkebunan di Banten didominasi oleh perkebunan kelapa, selain itu terdapat juga komoditas karet, cengkeh, kopi dan teh dengan luas keseluruhan areal 141.557 Ha. Secara umum produksi komoditas perkebunan di Banten belum maksimal, pengelolaan sebagian besar areal perkebunan masih dalam skala kecil di tingkat masyarakat. Perkebunan di Propinsi Banten di kelola oleh pemerintah (perkebunan negara), swasta, serta perkebunan masyarakat. Perkebunan rakyat dominan terdapat di kabupaten Lebak, Serang, dan Pandeglang dengan Konsentrasi pada komoditas karet dan kelapa. Sedangkan perkebunan pemerintah di kembangkan di wilayah kabupaten Lebak dan Pandeglang dengan produksi utama karet dan kelapa.
2.7.6 Sektor Pertambangan
Potensi sumber daya tambang di propinsi Banten relative banyak dan tersebar di beberapa wilayah yang meliputi bahan galian industri terdapat dib ayah dengan cadangan Fosfat Alam sebanyak 1.275 ton, di Cipanas dengan cadangan Felspar sebanyak satu juta ton, di Bojong, Leuwidamar, Cilayang dengan cadangan Bentonit masing-masing sebesar 23 juta ton, 4,68 juta tondan 10 juta ton. dan Teluk Banten dengan cadangan Batu Gamping dan Kapur sebesar 12 juta ton dan 10 juta ton.
Wilayah yang kaya akan bahan galian logam terdapat di Cibareno dan Cihara dengan jenis bahan galian logam terdiri dari emas, perak, tembaga, timbale dan seng. Di Cikotok dan disekitar Lebak cadangan emas dan peraknya sebesar 12.622 ribu ton. Di Cipicung cadangan emas dan peraknya 322 ribu ton. Sedangkan di wilayah Ciawi, Citorek dan Lebak Selatan cadangannya mencapai 621.000 ton. Selain emas dan perak terdapat juga  cadangan biji besi terdapat di Cipurut dengan jumlah sebesar 126.000 ton.




2.8 Flora dan Fauna
Potensi Keanekaragaman Hayati di Banten
Propinsi Banten sebagai daerah dataran tropis yang terletak diujung Barat Pulau Jawa memiliki kekayaan dan kekhasan keanekaragaman hayati. Salah satu kekayaan dan kekhasan keanekaragaman hayati Provinsi Banten yang menjadi bagian dari perlindungan dan kekayaan alam dunia (the world heritage) adalah Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus).
Selain Badak Jawa, Cagar Alam Rawa Danau di Kabupaten Serang dan Taman Nasional Gunung Halimun – Salak di perbatasan Jawa Barat dengan Banten Selatan, merupakan kawasan – kawasan endemis yang kaya dengan keanekaragaman hayati. Cagar Alam Rawa Danau memiliki ± 131 jenis keanekaragaman hayati, yang beberapa diantaranya secara internasional disepakati sebagai flora dan fauna yang mutlak harus dilindungi (Appendix 1 – Red List), flora endemis yang ada di kawasan tersebut antara lain; Derris danauensis (Backer dan Bakhuizen van den Brink; 1963); Glochidion palustre, Coix palustris dan Alocasia bantemensis (Kooders, 1892 dan 1912; dan Endert, 1932). Sementara Taman Nasional Gunung Halimun – Salak merupakan pusat habitat Owa jawa atau Owa Abu – Abu (Hylobates moloch), yang juga fauna endemis yang yang mutlak harus dilindungi.
Disamping cagar alam dan tanaman nasional tersebut di atas, Banten masih memiliki banyak kawasan – kawasan lindung baik untuk kepentingan pelestarian keanekaragaman hayati, seperti; burung (Cagar Alam Pulau Dua), penyu (Taman Nasional Ujung Kulon dan Taman Wisata Alam Pulau Sanghyang), juga memiliki keanekaragaman hayati yang memiliki nilai ekonomis dan menjadi unggulan kabupaten/kota di Provinsi Banten. Untuk menjaga kelestarian dari keanekaragaman hayati tersebut, pemerintah kabupaten/kota mengeluarkan surat keputusan yang diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk membudidayakan dan melestarikan keanekaragaman tersebut.
Keanekagaman hayati seperti yang dimaksudkan di atas, terdiri dari: Sawo (Achras zapota) dan Itik Damiaking (Anas sp.) didasarkan pada Surat Keputusan (SK) Bupati Serang, No. 522.52/SK.57 - Huk/1995, Purut (Parartocarpus venosa becc) dan Kambing Banten (Capra aegagrus) didasarkan pada SK Bupati Pandeglang, No. 522.51/SK.18/Huk/1993, Nam nam (Cynometra cauliflora L.) dan Owa abu-abu (Hylobates Moloch) didasarkan pada SK Bupati Lebak, No. 522.51/SK.233/Ekon/1993 dan Rambutan Parakan (Nephelium sp.) dan Ayam Wareng (Gallus gallus sp.) didasarkan pada SK Bupati Tangerang, No. 522.51/SK.21-LH/1995. Disamping keanekaragaman tersebut di atas, saat ini sedang diusulkan dan menunggu penetapan dari Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, untuk flora dan fauna khas untuk Flora dan Fauna Provinsi Banten terdiri dari: Kokoleceran (Vatica bantamensis) dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus); untuk Kota Cilegon terdiri dari: Asem Ranji (Dialium Indum L.) dan Kerbau Gerem (Bubalus sp) dan untuk Kota Tangerang Jambu Air Cingcalo Gondrong (Eugenia sp.).
Data dan informasi tersebut di atas, hanya merupakan sebagian kecil dari kekayaan keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Provinsi Banten. Banten masih memiliki daftar panjang keanekaragaman hayati, yang dapat menjadi asset dan modal dasar dalam berbagai upaya pembangunan. Hal yang harus kita sadari, bahwa kita tidak pernah melakukan penggalian potensi dan menginventarisasi seluruh keanekaragaman hayati yang kita miliki. Orientasi pembangunan dan aktivitas ekonomi masyarakat saat ini, lebih diarahkan pada pembangunan dan pengembangan sektor jasa dan industri yang telah mengeksploitasi berbagai sumber daya alam dan keanekaragaman hayati.
Hal yang tidak bisa kita pungkiri dari pembangunan dan pengembangan sektor – sektor tersebut, adalah masa keemasan pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemampuan ekonomi dan kesejahteraan ”masyarakat”. Akan tetapi munculnya kesenjangan ekonomi, degradasi dan kerusakan lingkungan, marginalisasi masyarakat juga merupakan hal yang tidak bisa kita pungkiri dan hindari.
Eksploitasi sumber daya hutan di Banten misalnya, tidak saja telah mengancam eksistensi keanekaragaman yang ada di kawasan tersebut. Tetapi juga telah merusak fungsi hutan dalam menjaga tata air, sehingga ketika musim hujan tiba, kawasan – kawasan permukiman, persawahan dan tata guna lahan lainnya di hilir daerah aliran sungai (DAS) tergenang air. Sementara ketika musim kemarau, terjadi kelangkaan air di kawasan yang sangat luas, yang tidak saja menyulitkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih, tetapi juga berdampak pada sektor pertanian karena saluran – saluran irigasi debit airnya menjadi sangat rendah atau bahkan menjadi kering.
Demikian pula halnya dengan pengembangan industri di wilayah Utara Provinsi Banten, pengelolaan lingkungan yang tidak dilakukan dengan baik juga telah mengganggu dan merusak ekosistem laut. Kita kerap mendengar keluhan para nelayan di kawasan tersebut, karena cenderung turunnya hasil tangkapan ikan mereka. Kondisi tersebut diperparah dengan kebijakan pemerintah untuk mengeksploitasi pasir laut, tanpa melalui kajian, analisis dan evaluasi atas kebijakan tersebut, dengan didasarkan pada prinsip – prinsip pelestarian lingkungan dan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan yang mungkin timbul akibat eksploitasi tersebut.
Disamping pemerintah, peran masyarakat dalam degradasi lingkungan dan kepunahan keanekaragaman hayati di Provinsi Banten juga cukup besar. Beberapa kasus yang melibatkan masyarakat yang terjadi di Provinsi Banten, antara lain: 1. Perambahan di kawasan Cagar Alam Rawa Danau misalnya, yang mengancam eksistensi Rawa Danau sebagai kawasan rawa pegunungan satu – satunya di Pulau Jawa dan ekosistem rawa yang ada didalamnya; 2. Perambahan di Taman Nasional Ujung Kulon dan pembantaian badak untuk diambil culanya; 3. Penjarahan burung di Cagar Alam Pulau Dua; 4. Penebangan hutan di kawasan – kawasan lindung dan cagar alam; 5. Penebangan hutan mangrove untuk dijadikan kawasan tambak di hampir sepanjang pantai Utara, mulai dari Teluk Naga Tangerang sampai dengan Sawah Luhur Serang; 6. Pengambilan terumbu karang (coral reef); 7. Pengambilan ikan dengan menggunakan bom dan cianida, yang mengancam dan membunuh terumbu karang; 8. Penggunaan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan, seperti; pukat harimau, arad, gardan dan lain sebagainya.
Prinsip kehati – hatian dalam menentukan kebijakan pembangunan eksploitasi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati, serta pelaksanaan pembangunan menjadi penting untuk dilakukan. Mengingat sumber daya alam dan keanekaragaman hayati merupakan asset dan modal dasar untuk mendukung pelaksanaan pembangunan, sehingga punahnya sumber daya alam dan keanekaragaman hayati, pada akhirnya akan menghilangkan daya dukung sumber daya alam dan keanekaragaman hayati pada keberlanjutan pembangunan itu sendiri.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banten merupakan provinsi yang berdiri berdasarkan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2000 secara administratif, terbagi atas 4 Kabupaten dan 2 Kota yaitu : Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Cilegon, dengan luas 8.651,20 Km2.  
Letak geografis Provinsi Banten pada batas Astronomi 105º1'11² - 106º7'12² BT dan 5º7'50² -7º1'1² LS.
Bentuk lahan yang terdapat di propinsi Banten antara lain:
·         Gunung Aseupan
·         Gunung Karang
·         Gunung Pulosari
·         Setu Perigi
·         Situ Gintung
Sumber daya tanah wilayah Provinsi Banten secara geografis terbagi dua tipe tanah yaitu:
 (a)  kelompok tipe tanah sisa atau residu
(b) kelompok tipe tanah hasil angkutan                           
Suku bangsa Banten terdiri dari:
 Banten (47%),
 Sunda (23%),
Jawa (12%),
Betawi (10%),
Tionghoa (1%)
Kekayaan Alam yang ada di Banten meliputi sector:
·         Kehutanan
·         Peternakan
·         Pariwisata
·         Pertanian
·         Perkebunan
·         Pertambangan


3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan agar pembaca dapat memanfaatkan makalah ini dengan baik. Segala kritikan maupun saran dari pembaca akan saya terima dengan lapang dada untuk menambah wawasan serta perbaikan penyusunan maupun penulisan yang lebih baik lagi.


















DAFTAR PUSTAKA
http//www.Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten » Komplek Pemakaman Sultan Banten.htm
http//www.ujungkulon.htm
www.bantenprov.go.id