Selasa, 29 Mei 2012

Penambangan Intan Kecamatan Cempaka Kalsel


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan tambang merupakan salah satu sumber daya alam yang dikuasai oleh negara dan harus dapat dimanfaatkan secara optimal untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (amanat UUD 1945 Pasal 33 ayat 3). Oleh karena itu, sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan nasional. Indonesia mempunyai potensi berbagai jenis bahan tambang, baik logam, non logam, batuan bahan konstruksi dan industri, batu bara, panas bumi maupun minyak dan gas bumi yang cukup melimpah. Pendayagunaan secara bijak segala jenis bahan tambang tersebut dapat meningkatkan
pendapatan dan perekonomian nasional ataupun daerah. Setiap kegiatan penambangan hampir dipastikan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik bersifat positif maupun bersifat negatif. Dampak positif kegiatan penambangan antara lain meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan roda perekonomian sektor dan sub sektor lain di sekitarnya, dan menambah penghasilan negara maupun daerah dalam bentuk pajak, retribusi ataupun royalti. Namun demikian, kegiatan penambangan yang tidak berwawasan atau tidak mempertimbangkan keseimbangan dan daya dukung lingkungan serta tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif tersebut antara lain terjadinya gerakan tanah yang dapat menelan korban baik harta benda maupun nyawa, hilangnya daerah resapan air di daerah perbukitan, rusaknya bentang alam, pelumpuran ke dalam sungai yang dampaknya bisa
sampai ke hilir, meningkatkan intensitas erosi di daerah perbukitan, jalan-jalan yang dilalui kendaraan pengangkut bahan tambang menjadi rusak, mengganggu kondisi air tanah, dan terjadinya kubangan-kubangan besar yang terisi air, terutama bila penggalian di daerah pedataran, serta mempengaruhi kehidupan social penduduk di sekitar lokasi penambangan. Penambangan intan merupakan sektor andalan dalam bidang perekonomian Kalimantan Selatan, dimana daerah Banjarmasin adalah daerah yang paling kaya akan intan, khususnya di daerah Cempaka yang merupakan daerah yang paling banyak ditemukan intan.

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Geografi Ekonomi dan Industri yang di berikan oleh Dosen pengajar ibu Farida Angriani, M.Pd, serta untuk:
a.       Mengetahui Pengertian Intan
b.      Mengetahui Kondisi Umum Penambangan Intan Kecamatan Cempaka
c.       Mengetahui Kegiatan Penambangan Intan
d.      Mengetahui Profil Intan yang Berhasil ditemukan di Kecamatan Cempaka
e.       Mengetahui Peran subyek dalam kegiatan penambangan dan jual beli intan
f.       Mengetahui Aktivitas  transaksi jual beli intan
g.      Mengetahui Pola Transaksi Jual beli intan
h.      Mengetahui Dampak Eksploitasi Penambangan Intan

1.3 Manfaat
            Memperkaya pengetahuan kita tentang intan, penambangan intan, transaksi jual beli, serta dampak yang ditimbulkan dari aktivitas penambangan intan tersebut.








BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Intan

Intan/berlian adalah mineral yang secara kimia merupakan bentuk Kristal atau alotrop dari karbon. Intan terkenal karena memiliki sifat-sifat fisika yang istimewa, terutama factor kekerasannya dan kemampuannya mendispersikan cahaya. Sifat-sifat ini yang membuat intan digunakan dalam perhiasan dan berbagai penerapan di dalam dunia industry.
Intan terutama ditambang di Afrika Tengah dan Selatan, walaupun kandungan intan yang signifikan juga telah ditemukan di Kanada, Rusia, Brasil, dan Australia. Sekitar 130 juta “karat” (26.000 kg) intan ditambang setiap tahun, yang berjumlah kira-kira $9 miliar dolar Amerika. Selain itu, hamper empat kali berat intan dibuat di dalam makmal sebagai intan sintetik (synthetic diamond).
Seperti yang kita ketahui harga intan dipasaran sangat mahal karena dalam proses pencarian sangat sulit dan barang tersebut bisa dibilang barang yang langka. Tidak seperti barang tambang yang lain misalnya emas yang bisa dibilang masih mudah ditemukan bila dibandingkan dengan intan. Juga tidak semua daerah di Indonesia dapat ditemukan sebagai tempat pertambangan intan yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat adalah Kalimantan Selatan. Proses pencarian dilakukan baik yang secara tradisional ataupun cara modern dengan menggunakan mesin-mesin yang canggih.
2.2 Kondisi umum penambangan intan Kecamatan Cempaka
Kecamatan Cempaka adalah kawasan penambangan intan dan emas yang terletak 47 km dari Kota Banjarmasin dan 7 km dari Kota Banjarbaru. Di tempat ini pengunjung dapat melihat langsung bagaimana para pekerja mencari Intan atau Emas di lobang-lobang penuh galian dan penuh lumpur.
Kecamatan Cempaka kota Banjarbaru, didominasi oleh karakteristik geografis dataran tinggi dengan rata-rata ketinggian topografi antara 50 sampai 150 meter di atas permukaan laut (Pusat Statistik Provinsi Kalimatan Selatan: 1993 ). Sehingga praktis, kawasan pendulangan intan, di Pumpung atau Ujung Murung misalnya, juga dikelilingi oleh bukit-bukit yang menyembul.
Kawasan pendulangan intan tradisional di Kecamatan Cempaka, paling banyak tersebar di Kelurahan Sungai Tiung. Kelurahan seluas 21,50 Km2  dengan jumlah kepadatan 306 jiwa per Km2, ini memiliki dua kawasan pendulangan intan tradisional yang telah dikenal di mata dunia, yaitu Desa Pumpung. Desa Pumpung, terkenal karena temuan intan sebesar telur ayam dengan berat 166,7 kerat, pada 30-an tahun silam. Belakangan intan tersebut dinamai Trisakti.
Di Kecamatan ini, area tanahnya merupakan tanah pendulangan.  Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai pendulangan intan (M. Syafruddin Saleh, 1983).  Untuk menuju kawasan wisata pendulangan intan tradisional ini, banyak akses transportasi darat yang bisa kita pilih, tentunya relatif cepat, mudah dan murah. Pendulangan intan Pumpung misalnya, berada di sisi tenggara kota Banjarbaru, 40 Km dari Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalsel. Dari Banjarmasin menuju Kota Banjarbaru dapat dituju menggunakan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun empat, dengan waktu tempuh selama 1 jam. Kemudian, dari kota Banjarbaru menuju Kecamatan Cempaka bisa dicapai selama 15 menit, langsung menuju kawasan tersebut.

2.3 Kegiatan Penambangan Intan
Seperti yang kita ketahui harga intan dipasaran sangat mahal karena dalam proses pencarian sangat sulit dan barang tersebut bisa dibilang barang yang langka. Tidak seperti barang tambang yang lain misalnya emas yang bisa dibilang masih mudah ditemukan bila dibandingkan dengan intan.
Intan terutama ditambang dari pipa-pipa vulkanis, tempat kandungan intan yang berasal dari bahan-bahan yang dikeluarkan dari dalam Bumi karena tekanan dan temperaturnya sesuai untuk pembentukan intan. Intan terdapat dari dalam perut bumi yang digali baik secara manual maupun dengan mekanisasi. Sekarang kebanyakan para penambang intan sudah menggunakan mekanisasi, yaitu dengan mesin penyedot untuk menyedot tanah yang sudah digali.
Tanah yang disedot bersama air dipilah melalui tapisan. Dengan keterampilannya, si penambang bisa membedakan batu biasa, pasir, atau intan. Intan yang baru didapat ini disebut “galuh”. Galuh ini masih merupakan intan mentah. Untuk menjadikannya siap pakai, intan harus digosok terlebih dahulu. Penggosokan intan yang ada di masyarakat sebagian besar masih dengan alat tradisional.
Mendapatkan/mencari intan secara tradisional merupakan pekerjaan yang banyak digeluti oleh masyarakat banjar. Salah satu alat untuk mencari intan cara tradisional dikenal dengan nama dulang dalam bahasa daerah sana. Dulang (berbentuk semacam caping) yang terbuat dari kayu ulin (kayu besi) atau kayu jingga. Sedangkan proses untuk mendapatkan intan sendiri dinamakan dengan mendulang. Caranya: material berupa pasir, batu-batuan kecil, tanah, lumpur dan sebagainya yang telah bercampur menjadi satu diambil dari dalam lubang galian yang dibuat dengan kedalaman tertentu dimuat ke dalam dulang sesuai dengan kapasitas dari setiap dulang yang digunakan, selanjutnya dulang yang telah terisi material tersebut diputar-putar (dilenggang) dalam air sehingga sedikit demi sedikit material dari dalam dulang terbuang keluar dari dulang terbawa oleh pusaran air yang timbul akibat putaran yang dilakukan sambil sekali-kali pendulang mengamati sisa material yang berada dalam dulang apakah terdapat intan atau tidak. Hal tersebut dilakukan begitu seterusnya sampai material yang berada dalam dulang terbuang habis dari dalam dulang. Kegiatan tersebut dilakukan sepanjang harinya oleh penambang tradisional intan, dan belum tentu kegiatan yang dilakukan mendapatkan hasil yang bisa dibawa pulang sebagai pendapatan hari itu. Mencari barang yang belum tentu dapat itu sangat membutuhkan kesabaran dan keuletan yang tinggi dari para pendulang. Kegiatan mendulang biasanya dilakukan secara berkelompok. Satu kelompok biasanya terdiri dari 3-5 orang ataupun lebih. Kenapa hal tersebut dilakukan secara berkelompok? Karena setiap orang mempunyai tugas masing-masing yang berbeda-beda. Ada yang bertugas membuat/menggali lubang. Ada yang lain bertugas mengangkut material galian kelokasi pendulangan. Sedangkan yang lainnya lagi bertugas mendulang material yang telah terangkut tadi. Biasanya di tempat pendulangan dipasang semacam tenda untuk menghindari panasnya terik matahari.
Dalam system mencari intan secara berkelompok ini biasanya hasil yang didapat dibagi secara merata kepada setiap orangnya dalam kelompok tersebut. Hal tersebut juga tidak mutlak begitu aturannya namun kebanyakkan begitu yang dilakukan, atau juga tergantung dari kesepakatan awalnya bagaimana? Perlu diketahui juga bahwa para penambang tradisional tersebut lahan yang digunakan juga kadang-kadang tidak milik sendiri tetapi milik orang lain. Jadi hasil yang didapat semakin kecil apabila semakin banyak orang terlibat dalam sebuah kelompok penambang intan. Banyak orang yang terlibat dalam usaha mendapatkan intan apabila kita melihat dari proses awalnya. Bermula sebuah intan berasal dari para penambang tersebut. Ada juga kelompok yang khusus mengumpulkan hasil dari penambang tersebut yang datang secara langsung ke lokasi penambangan. Kelompok tersebut dinamakan para pengumpul intan dan biasanya orang-orang yang sudah memiliki modal sendiri atau memakai modal orang lain dalam mengumpulkan intan. Selanjutnya dari para pengumpul ini dijual lagi kepengumpul yang besar untuk diolah menjadi intan-intan yang bernilai jual tinggi. Atau juga intan tersebut langsung di jual kepada para pengumpul yang berasal dari luar sebelum diolah menjadi berbagai macam bentuk yang menarik seperti mata cincin, kalung, gelang, dan lain sebagainya. Namun tetap saja yang menjadi bagian yang paling bawah adalah para pekerja yang secara langsung bekerja dilapangan. Daerah yang cukup terkenal sebagai tempat penghasil intan di Banjarmasin seperti Martapura, Kampung Cempaka, Karang Intan, Awang Bangkal, Sungai Besar, Matraman. Daerah-daerah tersebut yang menjadi salah satu tempat yang banyak menghasilkan intan. Demikian sulit proses mendapatkan sebuah intan, namun mengingat harga yang tinggi dibandingkan dengan harga barang tambang yang lain yang ditawarkan tetap saja hal tersebut menjadi pekerjaan yang banyak diminati oleh masyarakat. Intan ditentukan berdasarkan karatnya. Semakin besar karat semakin tinggi juga harga yang didapat. Mencari barang yang langka dan belum tentu kapan dapatnya tergantung dari rejeki dari masing-masing pendulangnya.
Menambang intan secara tradisional menggunakan dulang
Penambangan intan modern menggunakan mesin penyedot


2.4 Profil Intan yang Berhasil ditemukan di Kecamatan Cempaka
Berikut adalah profil beberapa intan yang berhasil ditemukan di penambangan intan kecamatan Cempaka:
·         GALUH BANGKIRAI 1
Nama intan sebesar 10 karat yang ditemukan oleh M. Arsyad di lokasi pendulangan intan tradisional Sungai Bangkirai, Pumpung, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Kalsel. Tidak lama kemudian intan ini dijual dengan harga Rp. 400 juta (SKH Radar Banjarmasin)
·         GALUH BANGKIRAI 2
Nama intan sebesar 27 karat yang ditemukan oleh M. Jani di lokasi pendulangan intan Sungai Bangkirai, Pumpung, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Kalsel, pada tanggal 1 Juli 2005. Tidak lama kemudian intan ini dijual dengan harga Rp. 1,6 milyar (SKH Radar Banjarmasin).
·         GALUH BULAN
Nama intan sebesar 27 karat yang ditemukan oleh seorang pendulang intan anonim di lokasi pendulangan intan Cempaka, Kota Banjarbaru, Kalsel, Intan tsb diberi nama Galuh Bulan. Tidak diketahui dengan pasti siapa pembelinya dan berapa harga jualnya.
·         GALUH CEMPAKA 1
Nama intan sebesar 12 karat yang ditemukan oleh sekelompok pendulang intan anonim di lokasi pendulangan intan Cempaka, Kerajaan Banjar. Tidak diketahui dengan pasti siapa pembelinya dan berapa harga jualnya.
·         GALUH CEMPAKA 2
Nama intan sebesar 13 karat yang ditemukan oleh sekelompok pendulang intan anonim di lokasi pendulangan intan Cempaka, Kerajaan Banjar. Tidak diketahui dengan pasti siapa pembelinya dan berapa harga jual

·         GALUH CEMPAKA 3
Nama intan sebesar 20 karat yang ditemukan oleh sekelompok pendulang intan anonim di lokasi pendulangan intan Cempaka, Kerajaan Banjar.
 Tidak diketahui dengan pasti siapa pembelinya dan berapa harga jualnya.
·         GALUH CEMPAKA 4
Nama intan sebesar 77 karat yang ditemukan oleh sekelompok pendulang intan anonim di lokasi pendulangan intan Cempaka, Kerajaan Banjar. Tidak diketahui dengan pasti siapa pembelinya, dan berapa harga jualnya.
·         GALUH CEMPAKA 5
Nama intan sebesar 106 karat yang ditemukan oleh sekelompok pendulang intan anonim di lokasi pendulangan intan Cempaka, Kerajaan Banjar. Tidak diketahui dengan pasti siapa pembelinya dan berapa harga jualnya.
·         GALUH CEMPAKA 6
Nama intan sebesar 29,75 karat yang ditemukan oleh sekelompok pendulang intan anonim di lokasi pendulangan intan Cempaka, Kabupaten Banjar (sekarang Kota Banjarbaru), Kalsel, pada tanggal 18 Agustus 1966. Tidak diketahui dengan pasti siapa pembelinya dan berapa harga jualnya.
·         GALUH CEMPAKA 7
Nama intan sebesar 29 karat yang ditemukan oleh sekelompok pendulang intan pada tanggal 31 Desember 1970 di salah satu lokasi pendulangan intan tradisional yang ada di Kecamatan Cempaka, Kabupaten Banjar (sekarang Kota Banjarbaru). Tidak diketahui dengan pasti siapa pembelinya dan berapa harga jualnya (Majalah Tempo Jakarta, 26 September 1987).


·         GALUH NOORSEHAT :
Nama intan sebesar 66 karat yang ditemukan oleh Safruddin di lokasi pendulangan intan tradisional Saka Musang, Desa Palam, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Kalsel, pada tanggal 12 Mei 2002. Intan ini kemudian dijual dengan harga Rp. 11 Milyar.
Nama Noorsehat yang dijadikan sebagai nama intan merupakan nama seorang wanita pendulang intan yang tewas sebagai korban dalam kecelakaan kerja di lokasi pendulangan intan dimaksud (SKM Tabloid Serambi Ummah Banjarmasin, Nomor 134, Tanggal 31 Mei -6 Juni 2002:9).
·         GALUH PUMPUNG BALAHINDANG
Nama intan sebesar 34 karat yang ditemukan oleh Muhammad Syarifuddin (Isyar) di lokasi pendulangan intan Pumpung Ilir, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Kalsel, pada tanggal 30 November 2004. Galuh artinya putri, dan balahindang artinya pelangi. Jadi Galuh Balahindang artinya Putri Pelangi (bahasa Banjar). Nama itu diberikan karena intan ini memancarkan aneka cahaya warna-warni persis seperti pelangi. Intan jenis ini lajim disebut intan jambun. Tidak lama kemudian intan ini dijual dengan harga Rp. 2 milyar (Tabloid Bebas Banjarmasin, Edisi 15-21 Desember 2004).
·         GALUH SUNGAI RANCAH
Nama intan sebesar 4 karat yang ditemukan oleh Saidul Husien di lokasi pendulangan intan tradisional Sungai Rancah, Pamasiran, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Kalsel (SKH Banjarmasin Post).

·         GALUH SUNGAI TIUNG
Nama intan sebesar 20 karat yang ditemukan Asnawi di lokasi pendulangan intan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kabupaten Banjar (sekarang Kota Banjarbaru), Kalsel, pada tanggal 20 Agustus 1989. Intan tsb diberi nama Galuh Sungai Tiung. Tidak lama kemudian dijual dengan harga Rp. 215 juta.
2.5 Peran subyek dalam kegiatan penambangan dan jual beli intan
Mendulang intan adalah suatu pekerjaan yang cukup berat, sehingga pekerjaan itu tidak dapat dikerjakan oleh satu orang saja (M. Syafruddin Saleh, 1983). Subyek yang peran dalam transaksi jual beli intan diantaranya adalah para pekerja tambang, pemilik tanah, pemilik mesin, para pengrajin intan, tengkulak atau calo, pedagang intan baik dalam bentuk toko maupun yang melakukan transaksi secara kecil-kecilan.
Para pendulang merupakan orang yang mengerjakan aktivitas penambangan dalam suatu area, biasanya satu lubang dikerjakan sekitar 5 orang pekerja. Mendulang intan memerlukan kesabaran dan keuletan. Mereka kadang-kadang bekerja berbulan-bulan lamanya tidak mendapatkan satu bijipun intan atau berlian, namun biasanya mereka tidak berputus asa dan terus bekerja, hingga akhirnya dapat juga beberapa butir intan mentah. Sebutir intan mentah yang beratnya 2 karat kalau sudah digosok menjadi kurang lebih satu karat.
Di saat para penambang tidak diberi biaya akomodasi, maka mereka hanya diberi modal untuk menjalankan mesin. Jika mereka dapat intan, biasanya langsung dijual ke pengumpul yang kerap berkumpul di lokasi penambangan. Hasilnya, dibagi dengan pemilik mesin dan pemilik lahan. Pemilik mesin ini meminjamkan mesinnya kepada para pendulang, setelah itu, para pendulang yang berhasil mendapatkan intan dapat menjual intannya kepada pemilik mesin.
Beragamnya batu mulia yang dihasilkan di Kecamatan Cempaka membuat kebanyakan masyarakat memilih mata pencarian sebagai penggosok batu mulia atau sebagai penjual batu mulia, hal ini terbukti dari banyaknya penjual batu mulia yang terdapat di Kecamatan Cempaka.
Penambang memiliki wewenang terhadap Intan yang ditemukannya.  Biasanya di areal tambang sudah ada agen pengumpul yang biasa membeli intan dari para penambang. Seorang pengumpul membeli intan langsung dari penambang. Terkadang dia juga melakukan jual beli dengan sesama pengumpul. Keuntungan yang didapat tergantung bagaimana dia bisa menawarkan intan itu kepada pembelinya di Pasar Intan Martapura. Pembelinya berasal dari masyarakat langsung yang datang ke pasar intan atau dijual ke toko intan.
Para pedagang intan dan berlian yang memasarkan barang-barang. dengan secara langsung menawarkan kepada pembeli.
2.6   Aktivitas  transaksi jual beli intan
Tidak ada harga yang pasti untuk intan mereka. Yang ada hanyalah harga kesepakatan. Tapi, harga di pendulangan tidak jauh berbeda. Pembedanya adalah kualitas intan itu sendiri, cacat atau tidak, besar kecil (jumlah karat), warna, dan selera pembeli. Bisa saja ada intan yang menurut sebagian orang jelek, tapi disukai orang, harganya jadi sangat mahal.
Jika transaksi dilakukan ke masyarakat langsung, terkadang bisa untung banyak. Tapi kalau dijual ke toko, agak murah karena pihak toko sudah tahu standarnya. Lagipula pihak toko akan menjual lagi ke pembeli. Intan hasil temuan penambang umumnya sudah dibeli para pedagang di tempat pendulangan dalam keadaan mentah. Hasil penjualan tersebut dibagi sama setiap orang dalam kelompok tersebut.
Umumnya hasil yang didapat para pendulang intan dan berlian dalam kegiatan mendulang tidak seberapa. Kecuali mereka yang mendapatkan biji intan atau berlian yang beratnya berpuluh-puluh karat, dan hal itu jarang sekali terjadi.
Salah satu tempat yang banyak diminati masyarakat maupun pendatang adalah pasar intan yang terletak di dalam pasar Martapura, tempatnya memang hanya berupa sebuah rumah, tetapi di dalamnya berkumpul tengkulak-tengkulak yang menjual intan mentah maupun intan yang sudah melalui proses penggosokan. Biasanya pasar intan ini akan ramai dikunjungi pada hari selasa dan jum’at, dihari-hari itu akan banyak tengkulak penjual intan dan pembeli yang akan datang kesana dan melakukan transaksi jual beli intan. Keuntungan akan dibagi diantara penambang, pemilik mesin, pemilik tanah. Dari kebiasaan ini, pembneri modal melakukan perjanjian dengan mengambil persen dari hasil penjualan dan penerima modal membagi sisanya setelah disisihkan dengan sama rata (M. Syafruddin Saleh, 1983)
Saat membeli berlian terdapat standar yang sudah umum bagi penggemar batu mulia, yaitu 4c. Colour, cutting, clearty, carat. Keempat poin ini memiiliki peran penting dalam penentuan bagus tidaknya berlian tersebut dan nilai dari berlian tersebut. Pertama dilihat colour-nya, intan atau berlian biasanya ada yang berwarna kuning hingga putih bersih. Selanjutnya cutting, disini diperlukan alat khusus untuk melihat setiap sisi dari berlian tersebut, sama halnya dengan cutting untuk mengecek clearty atau tingkat kejernihan dari berlian tersebut diperlukan alat khusus. Dan yang terakhir adalah carat, hal ini adalah yang paling penting dalam proses pembelian berlian , karena menentukan keaslian dari berlian tersebut juga menentukan harga atau nilai dari berlian itu sendiri, selain itu carat menentukan besar dari berlian tersebut.

2.7 Pola Transaksi Jual beli intan
Kebanyakannya intan yang masih mentah atau sudah digosok diperjualbelikan di Kota Martapura. Ada dua macam cara orang berjualan intan di Marapura ini. Yang pertama, dijual di pusat pertokoan permata. Yang cukup terkenal adalah Pusat Pertokoan Cahaya Bumi Selamat (CBS).

Di tempat ini dijual berbagai macam jenis permata dari yang harganya murah sampai yang harganya selangit. Selain permata, di pertokoan CBS juga dijual bermacam aksesories, kerajinan tangan, khas daerah sampai kepada ramuan obat dari Kalimantan seperti pasak bumi.
Cara yang kedua adalah yang dikenal di kota Martapura dengan sebutan Pembalantikan  Intan. Sistem dagang seperti ini tidak memajang intan dagangan mereka di sebuah toko, tapi intan-intan itu disimpan di dompet atau kantong mereka. Para penjual ini biasanya bergerombol di suatu tempat sambil memamerkan intan-intan kepunyaan mereka kepada orang yang berminat. Mudah saja untuk menemukan para pedagang ini di Kota Martapura. Tanya saja setiap orang yang berjualan di pasar Martapura pasti mereka tahu tempatnya.
Oleh karena di kota ini banyak ditemukan intan dan merupakan tempat jual beli intan yang terkenal di Indonesia, maka Martapura pun mendapat julukan Kota intan.

2.8 Dampak Eksploitasi Penambangan Intan
            Kegiatan penambangan intan dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia, serta biologi tanah maupun air, melalui pengupasan tanah lapisan atas penambangan, pencucian, serta pembuangan tailing. Dengan demikian sifat tanah asli atau semula berubah menjadi sifat tanah tailing.
            Sistem penambangan intan di Kecamatan Cempaka Banjarbaru adalah menggunakan sistem “dumping”, yaitu suatu cara penambangan dengan mengupas tanah permukaan yang kemudian dilanjutkan dengan penggalian, namun setelah selesai penambangan, lapisan tanah atas (top soil) tidak dikembalikan ke tempat asalnya. Secara fisik, keadaan lokasi bekas tambang sangat buruk, berupa lubang-lubang besar mirip seperti danau dan dikelilingi tumpukan-tumpukan tanah bekas galian, seperti bukit-bukit kecil yang tidak beraturan. Dengan kondisi demikian, apabila areal bekas tambang tersebut dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, maka sangat sulit dalam pengelolannya.
Untuk mengembalikan kualitas bekas areal sehingga dapat dijadikan lahan pertanian memerlukan investasi yang sangat besar, yang sebenarnya kewajiban penambang.
            Penambangan intan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan akan menyebabkan terancamnya daerah sekitarnya dari bahaya erosi dan tanah longsor sebagai hilangnya vegetasi penutup tanah. Pembongkaran lahan secara besar-besaran juga menyebabkan terjadinya bentang alam (morfologi dan topografi), yaitu perubahan sudut pandang dan bentuk lereng. Pengupasan, penimbunan tanah penutup dari penggalian sumber daya alam menimbulkan perubahan pada drainase, debit air sungai, dan kualitas permukaan pada saat hujan. Aspek tersebut adalah:
1.      Aspek Hidrologi
Pada musim hujan, mata air keluar di banyak tempat pada lembah- lembah di kaki bukit, tetapi pada musim kemarau sebagian besar dari mata air tersebut kering karena di sepanjang bukit sebagian besar sudah gundul. Pada beberapa lembah yang agak dalam dan datar sering ditemukan rawa atau genangan air yang cukup besar terutama di musim hujan. Genangan-genangan tersebut mempunyai kenampakan air yang bermacam-macam, dengan warna cokelat karena keruh, warna kehijauan sampai warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air di dalam kolam-kolam tersebut juga beragam
2.      Aspek Geologi
Tumpukan batuan penutup (overburden) yang dibiarkan tertutup secara tidak teratur bukaan tambang menghasilkan bukit-bukit kecil dan lubang-lubang. Demikian juga bekas bukaan yang tidak ditutup kembali juga akan menghasilkan lubang yang akan terisi oleh air hujan. Kenyataan di lapangan yang banyak terdapat kolam berisi air hujan, mengindikasikan bahwa timbunan tanah bekas galian bersifat kedap air, resapan air hujan untuk membentuk sistem air tanah sangat kecil.
3.      Erosi Tanah
Erosi tanah bersifat permanen dan merupakan salah satu dampak utama dan aktifitas penambangan. Erosi tanah menimbulkan dampak lanjutan yaitu menurunnya kesuburan tanah di lahan terbuka sekitar lubang tambang dan sedimentasi sungai. Sedimen hasil erosi tanah diangkut oleh aliran air larian (runoff) masuk ke dalam sungai pada di ujung tekuk lereng dalam daerah tadah (catchment area).




4.      Longsoran Tanah
Longsoran (overburden) dan waste rock dapat menimbulkan dampak lanjutan berupa sedimentasi sungai. Karena jumlah overburden da waste rock cukup banyak. Hal ini berdampak negative terhadap lingkungan yang bersifat permanen.
5.      Sedimentasi Sungai
Sedimentasi dari longsoran dan erosi tanah dapat terbawa oleh aliran air larian yang masuk ke dalam sungai. Meskipun longsoran dan erosi tanah merupakan dampak yang signifikan, tetapi sedimentasi belum tentu mempunyai dampak yang signifikan. Sedimentasi sungai selain ditentukan oleh jumlah sedimentasi yang masuk ke sungai, juga ditentukan oleh factor-faktor hidrologi sungai, seperti kecepatan arus, pola arus sungai, kelandaian dasar sungai dan morfologi dasar sungai.
6.      Gangguan Estetika Lahan
Kegiatan pertambangan pada umumnya dilakukan dengan penambangan terbuka. Lokasi kegiatannya berderet-deret di daerah perbukitan yang memberikan pemandangan deretan lahan terbuka berwarna cokelat, kontras dengan daerah bervegetasi yang Nampak hijau. Perubahan bentuk lahan dan kerusakan lainnya Nampak jelas dari kejauhan yang terlihat jelas karena letaknya yang cukup tinggi. Hal ini akan menimbulkan gangguan terhadap estetika lahan yang harmonis.
7.      Pencemaran Sungai
Seperti aktivitas pertambangan lainnya di Indonesia, pertambangan intan di Kalsel juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan yang cukup parah. Kegiatan eksploitasi, lubang-lubang besar yang tidak mungkin ditutup kembali –apalagi dilakukan reklamasi— telah mengakibatkan terjadinya kubangan air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Limbah yang dihasilkan dari proses pencucian mencemari tanah dan mematikan berbagai jenis tumbuhan yang hidup diatasnya. Pembiaran lubang-lubang bekas galian yang ditinggalkan begitu saja dan pencemaran lingkungan akibat aktivitas pertambangan tersebut seperti debu, rembesan air asam tambang dan limbah pencuciannya terjadi di hampir semua lokasi pertambangan dan bahkan mencemari air/sungai yang dimanfaatkan oleh warga.  Akibat pengelolaan yang buruk ini terjadi kerusakan lingkungan dan kehancuran ekosistem di banyak tempat, praktek pelanggaran terhadap hak-hak rakyat, perampasan sumber kehidupan rakyat, dan penghancuran nilai-nilai dan budaya masyarakat adat/lokal. Pengelolaan, hingga eksploitasi yang mestinya dapat meningkatkan harkat, martabat, dan kesejahteraan bagi rakyat Kalimantan Selatan malah justru sebaliknya menimbulkan kerusakan lingkungan yang cukup parah, peminggiran terhadap masyarakat lokal/adat dan kemiskinan. Saat ini pertambangan intan telah menghancurkan sumber daya alam di Kalsel. Aktivitas pertambangan terbuka yang telah menghabiskan tutupan lahan mengancam keberadaan daerah aliran sungai (DAS). Sekitar 50 persen DAS di Kalsel airnya sudah keruh, karena pengaruh kegiatan pertambangan terbuka yang menimbulkan erosi. Secara kasat mata, akibat pertambangan terbuka di atasnya, mengakibatkan kondisi DAS di Kalsel cukup mengkhawatirkan. Banjir pun kerap mengancam. Akibatnya, saat hujanvdebit air yang melimpah tidak dapat tertampung lagi, sehingga DAS semakin menyempit setelah terpengaruh longsoran atau erosi tanah dari atas lahan yang sudah ditambang.










BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·         Intan/berlian adalah mineral yang secara kimia merupakan bentuk Kristal atau alotrop dari karbon. Intan terkenal karena memiliki sifat-sifat fisika yang istimewa, terutama factor kekerasannya dan kemampuannya mendispersikan cahaya.
·         Proses penambangan intan dilakukan dengan cara tradisional dengan menggunakan dulang juga dengan cara modern dengan menggunakan mesin penyedot.
·         Ada dua macam cara orang berjualan intan di Marapura ini. Yang pertama, dijual di pusat pertokoan permata, Cara yang kedua adalah yang dikenal di kota Martapura dengan sebutan Pembalantikan  Intan.
·         Penambangan intan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan akan menyebabkan terancamnya daerah sekitarnya dari bahaya erosi dan tanah longsor sebagai hilangnya vegetasi penutup tanah.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, dan semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembacanya.









DAFTAR PUSTAKA

http://jalanjalanterus.wordpress.com/





1 komentar: